Wanita Afrika dan Arab Pertama yang Pergi ke Luar Angkasa Ungkap Rutin Brutal untuk Meraih Pekerjaan: Latihan Pukul 4:30 Pagi, Sambil Menjalani Pekerjaan Penuh Waktu di Bidang Teknologi

Sara Sabry Jadi Astronaut Pertama dari Mesir yang Pergi ke Luar Angkasa

Sara Sabry jadi wanita pertama dari Mesir yang pergi ke luar angkasa dengan roket New Shepard milik Blue Origin pada 4 Agustus 2022. Dia juga wanita Arab dan Afrika pertama yang pernah ke luar angkasa, semua itu tercapai sebelum umurnya 30 tahun.

Memang banyak anak yang bermimpi jadi astronaut, tapi sedikit yang berhasil. Pertama, kamu butuh akses ke pesawat untuk bisa dapat 1.000 jam terbang supaya bisa daftar ke program seperti NASA.

Buat Sabry, mimpinya lebih susah lagi. Dia nggak lahir di negara yang punya badan antariksa. Nggak ada astronaut yang mirip dia. Dia juga nggak punya koneksi elit atau uang banyak.

Jadi, di umur 28 tahun, dia bangun jam 4.30 pagi buat latihan dan riset bioastronautics, sebelum mulai kerja sebagai CTO di perusahaan startup Berlin jam 9 pagi.

Selesai kerja, dia masih lanjut kerja di startup-nya sendiri dan latihan astronaut. Menurut Sabry, anak muda sekarang jangan takut usaha keras kalo mau capai mimpi.

"Dulu itu bener-bener susah," kata Sabry saat diwawancara Fortune di London untuk acara American Express Leadership Academy 2025. "Bangun malem, tidur malem, hampir nggak lihat matahari."

Dia selalu selesaikan tugas penting sebelum jam 10 pagi, saat orang lain baru mulai online.

"Banyak anak muda sekarang mau jalan gampang tanpa kerja keras. Tapi kenyataannya, kamu harus berkorban dan nggak nyaman dulu," tambah Sabry. "Bangun jam 4.30 pagi tiap hari dan terisolasi dari dunia memang nggak gampang. Tapi ini buktiin kamu bisa ubah hidupmu—kamu punya kendali besar."

MEMBACA  Retro Remake membuka pemesanan pra-pesan untuk klon FPGA PS One-nya

Pengalaman ini ubah cara Sabry lihat batasan dari kelas, geografi, dan identitas. Dia nggak punya paspor kuat, platform besar, atau hak istimewa, tapi dia tetap maju. Dengan begitu, dia buktiin bahwa kerja keras bisa bawa mimpi jadi nyata.

"Sekarang aku lihat semuanya beda. Pergi ke luar angkasa, lakukan hal yang mustahil—peluangnya cuma 0.0%, kecuali aku ganti kewarganegaraan."

Dia menang lawan 7.000 pelamar lain untuk penerbangan Blue Origin itu dan buat sejarah.

Sukses Tapi Tetap Kerja 13 Jam Sehari

Meski udah sukses, Sabry tetap sibuk.

Di umur 32 tahun, dia bukan cuma astronaut tapi juga direktur Deep Space Initiative—organisasi nirlaba yang bikin luar angkasa lebih mudah diakses—serta salah satu pendiri program Duta Badan Antariksa Mesir. Dia juga lagi selesaikan PhD di bidang teknik kedirgantaraan dan riset baju antariksa generasi baru di lab NASA.

Belum cukup, Sabry juga bangun bisnis baru dan jadi pembicara internasional. Jadwalnya super padat, tapi dia udah belajar buat lebih fleksibel.

"Tiga tahun terakhir aku nggak tinggal di satu tempat. Hidup dari koper, jadi harus bisa menyesuaikan," katanya.

Sekarang, Sabry mulai hari jam 6 pagi dengan olahraga, lalu bales email dan urusan administrasi.

"Udah nggak bangun jam 4.30 soalnya sekarang aku kerja sampai malem," jelasnya. Karena perbedaan waktu saat di Mesir, kerjaannya molor sampai 13 jam sehari.

"Rapat pertama jam 9 pagi, rapat terakhir jam 9-10 malem. Jadi nggak bisa bangun terlalu pagi."

Tidur 8 jam wajib, dan semua tugas harus udah dijadwal di kalender.

"Karena aku sibuk PhD, dua perusahaan, jadi pembicara, semuanya soal jadwal. Kalau udah di-schedule, nggak perlu dipikir lagi," katanya.

MEMBACA  Kelompok pemberontak menyerang wilayah yang dikuasai oleh etnis Kurdi di barat laut Suriah

"Gampang banget teralihkan kalau lagi kerja hal lain dan mikir, ‘Ah, aku harus riset atau bales email.’ Tapi nggak, email bakal tetap di inbox sampai waktunya. Kecuali memang urgent."

Kunci Bertahan: Fokus pada Tujuan

Kalau kamu capek baca rutinitas Sabry, dia bilang cuma satu cara bertahan: obsessed sama misimu.

"Dulu itu perjuangan terus," jelasnya. "Aku nggak pernah dikasih kesempatan. Sejak kecil udah tahu nggak ada yang dikasih gratis, jadi aku nggak pernah berharap. Itu bikin aku kerja lebih keras. Tapi aku nggak pernah kesal atau merasa ‘Aku kebanyakan kerja’, karena itu emang harus dilakukan. Nggak ada pilihan lain."

Jadwal padat justru bantu Sabry fokus karena nggak sempat mikirin hal lain.

"Sebagian hari kamu di kegelapan, tapi kamu terlalu sibuk. Fokus itu kunci banget. Nggak ada waktu lihat yang lain."

"Dengan jadwal super padat dan tahu aku investasi di diri sendiri, itu bikin tenang. Kalau kerja buat tujuanmu, rasanya damai."

Pokoknya, Sabry bakal nyesel kalau tahu ada waktu 1-2 jam yang belum dipakai buat maju.

"Kalau aku nggak lakukan semua yang bisa dilakukan, aku nggak bakal tenang. Malah bakal keras sama diri sendiri. Jadi dengan kerja keras, aku justru dapat kedamaian."