Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor FT, milih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Sir Keir Starmer akan luncurkan strategi perdagangan baru hari Kamis, fokus pada ekspor jasa Inggris dan pertahanan anti-dumping untuk hadapi dampak perang tarif Donald Trump.
Menteri Perdagangan Douglas Alexander bilang Starmer akan buat kebijakan berdasarkan "patriotisme pragmatis", dukung perdagangan bebas dan bangun pasar di seluruh dunia, termasuk Cina dan Teluk.
"Respons kami tak bisa berdasar nostalgia atau delusi pasca-imperial, apalagi ikatan ideologis ke satu blok dagang," kata Alexander ke Financial Times.
Strategi ini akan pecahkan hambatan regulasi "di balik perbatasan" untuk tingkatkan ekspor sektor jasa Inggris yang bernilai £500 miliar per tahun.
Ini juga tangani kinerja dagang buruk Inggris pasca-Brexit, di mana ekspor barang turun tajam meski ekspor jasa tumbuh kuat.
Volume dagang Inggris cuma naik 1% sejak 2019, sementara UE dan G7 tumbuh 8%, menurut Centre for European Reform bulan lalu.
Dana "Ricardo" senilai puluhan juta pound akan bantu regulator Inggris atasi hambatan dagang jasa.
"Dagang jasa global sedang booming," ujarnya. "Strategi ini akui itu sebagai elemen penting pendapatan ekspor Inggris."
Strategi ini juga perkuat pertahanan dagang Inggris hadapi praktik dumping di dunia yang makin proteksionis.
Inggris satu-satunya negara yang sepakat dengan Trump untuk hindari tarif terburuknya. Tapi, mereka waspadai dampak ketegangan dagang AS-Cina yang turunkan ekspor Cina ke AS 34,5% pada Mei.
"Kami akan promosikan apa yang bisa dan lindungi apa yang harus," kata Alexander.
Strategi ini juga bantu UKM ekspor lebih banyak, terutama ke Eropa, dan atasi birokrasi pasca-Brexit.
Shevaun Haviland dari British Chambers of Commerce sambut baik strategi ini, sebut hanya 10% bisnis Inggris yang ekspor, itu tak cukup.
Kebijakan ini akan bangun kesepakatan Inggris-UE bulan lalu yang hapus beberapa hambatan Brexit di produk makanan dan energi.
Tapi, paket ini hanya tingkatkan GDP 0,3% di 2040, jauh lebih kecil dari kerugian 4% akibat Brexit.
Alexander bilang kesepakatan 19 Mei bukan akhir, tapi awal dari proses pertemuan tahunan Inggris-UE.
Pendekatan "pragmatis" ini juga berarti terus bangun hubungan dagang dengan Cina. Ia tegaskan AS tak punya hak veto atas kebijakan Inggris, meski AS kaitkan kesepakatan dagang dengan pengawasan ketat peran Cina di rantai pasokan.
"Kami tetap aktor berdaulat dalam kebijakan dagang," tegasnya.
Tim Alexander juga sedang negosiasi akhir untuk kesepakatan dagang bebas dengan enam negara GCC.
Serikat pekerja khawatir kesepakatan ini tak atasi masalah hak pekerja di sana, tapi Alexander bilang Inggris berusaha.
Pemerintah Buruh juga cari kesepakatan dagang dengan Swiss dan Korea Selatan. Tapi, Alexander tekankan FTA bukan satu-satunya solusi.
Strategi baru ini targetkan kesepakatan dagang digital dan pengakuan mutual kualifikasi profesional.
Ditanya apakah strategi ini tanda pergeseran teknokratis dari pendekatan "buccaneering" Boris Johnson, Alexander jawab, "Saya mau buat strategi berdasar data, bukan delusi pasca-imperial."