Lelang Obligasi AS Jadi Sorotan, Investor Khawatir dengan Utang Pemerintah
NEW YORK (Reuters) – Lelang obligasi dan surat utang AS minggu ini jadi lebih diperhatiin daripada biasanya karena jadi tes sentimen pasar terhadap aset AS. Investor kelihatan tertarik beli utang jangka pendek dan menengah, tapi minat untuk jangka panjang masih diragukan.
Lelang yg biasanya rutin ini sekarang jadi fokus investor buat mengukur permintaan, baik dari dalam maupun luar negeri, apalagi deadline 9 Juli untuk jeda tarif 90 hari semakin deket.
Selain surat utang, Departemen Keuangan AS bakal jual total $119 miliar dalam bentuk obligasi 3 tahun, 10 tahun, dan 30 tahun. Yang terakhir bakal dipantau ketat buat lihat apakah investor obligasi mulai menolak negara dengan defisit fiskal besar dan utang menumpuk.
"Kita sekarang dalam situasi di mana investor lihat… permintaan yg mungkin turun pas pasokan bisa naik lagi," kata Zachary Griffiths dari CreditSights.
Para "bond vigilantes" yg lagi aktif nanya-nanya soal pemborosan fiskal di seluruh dunia, khawatir perang dagang dan pemotongan pajak Presiden Donald Trump picu inflasi. Tarif juga bisa bikin pertumbuhan global melambat dan paksa pemerintah belanja lebih banyak.
Ditambah lagi, penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s bulan lalu ingetin bahwa ekonomi terbesar dunia ini sedang main api dengan utang $36 triliun.
Besok, AS bakal lelang obligasi 3 tahun senilai $58 miliar, dilanjut 10 tahun ($39 miliar) hari Rabu, dan 30 tahun ($22 miliar) hari Kamis. Analis perkirakan lelang ini bakal lancar.
"Sejauh ini tren lelangnya cukup meyakinkan," kata Guneet Dhingra dari BNP Paribas. "Angka lelang tunjukin bahwa permintaan domestik dan luar negeri masih stabil."
Lelang 3 tahun bulan lalu hasilnya bagus. Penawaran tidak langsung, termasuk bank sentral asing, serap 62% dari total, lebih rendah dari April tapi masih sesuai rata-rata 12 lelang terakhir.
Investor luar negeri, terutama pembeli resmi, biasanya lebih suka obligasi jangka pendek di bawah 5 tahun, menurut data Departemen Keuangan AS.
Jay Barry dari J.P. Morgan bilang, fokus investor asing di ujung depan berarti kalau mereka mau kurangi beli obligasi AS, mungkin dengan enggak reinvestasi daripada jual langsung.
LELANG 10 TAHUN VS DATA INFLASI
Untuk lelang 10 tahun hari Rabu, prediksinya lebih sulit karena berbarengan sama rilis data indeks harga konsumen AS. Tapi analis yakin bakal tetap ada pembeli.
Lelang 10 tahun bulan lalu cukup kuat, dengan penawaran tidak langsung serap 76%, lebih tinggi dari rata-rata 72%.
"Pemicu investor mundur awalnya karena perang dagang dan enggan masuk pasar obligasi AS," kata Ben Jeffery dari BMO Capital Markets.
"Tapi sekarang, argumen sebaliknya mungkin benar: kenapa mundur duluan daripada pake obligasi AS sebagai alat negosiasi? Belum ada bukti jelas investor asing menarik diri."
Sementara itu, lelang obligasi 30 tahun bisa bagus atau jelek. Beberapa analis bilang enggak akan kaget kalau hasilnya lebih lemah karena tren penjualan obligasi jangka panjang yg buruk di seluruh dunia. Ini bikin imbal hasil melonjak, terutama obligasi 30 tahun AS yg capai 5,16% bulan lalu, tertinggi sejak Oktober 2023.
"Obligasi 30 tahun jadi simbol kekhawatiran fiskal pasar," kata Dhingra. "Tapi kalau lihat data sampai April, permintaan dari dealer cukup stabil."
Sayangnya, lelang 30 tahun bulan lalu kurang diminati, dengan imbal hasil lebih tinggi dari ekspektasi. Penawaran tidak langsung juga agak lebih rendah dari rata-rata.
"Permintaan investor asing untuk obligasi 30 tahun mungkin udah mentok," kata Griffiths dari CreditSights.