“Tarif tinggi tidak akan membawa kemakmuran ekonomi”: Jepang kritik proteksionisme saat kembali ke negosiasi dagang AS

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyatakan tekadnya Kamis untuk mempertahankan sistem perdagangan bebas, multilateral, dan berbasis aturan. Dia juga ingin memperluas grup dagang utama Asia-Pasifik di tengah ketegangan soal tarif AS.

“Tarif tinggi tidak akan bawa kemakmuran ekonomi,” kata Ishiba di forum global di Tokyo. “Kemakmuran yg dibangun dari pengorbanan orang atau negara lain tak akan buat ekonomi kuat.” Jepang ingin kerja sama dengan AS di bidang investasi, penciptaan lapangan kerja, dan produksi barang berkualitas untuk kemakmuran AS dan dunia, ujarnya.

Komentarnya muncul saat negosiator tarif Jepang, Ryosei Akazawa, pergi ke Washington D.C. untuk putaran keempat perundingan. Tujuannya meyakinkan AS agar hapus semua tarif baru. Sejauh ini Jepang belum berhasil dapat konsesi dari AS. Kabarnya, Jepang pertimbangkan beli lebih banyak produk pertanian dan peralatan pertahanan AS sebagai daya tawar.

Kamiss sore, Ishiba telepon Presiden AS Donald Trump untuk koordinasi sebelum perundingan. Kedua pemimpin kini punya “pemahaman lebih dalam,” kata Ishiba ke wartawan, meski posisi Jepang soal tarif belum berubah. Dia tidak jelaskan lebih lanjut.

Akazawa bilang pembelian peralatan pertahanan mungkin “jadi bahan pembahasan” karena akan bantu surplus dagang AS. Tapi, dia tegaskan kebijakan keamanan Jepang tak bisa jadi bahan “kesepakatan” dengan negara lain.

Dalam pidatonya, Ishiba juga ajak negara Asia—pusat pertumbuhan global—tunjukan “pentingnya tatanan ekonomi bebas, adil, & berbasis aturan.” Caranya dengan promosikan Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

CPTPP terdiri dari 12 negara: Jepang, Inggris, Selandia Baru, Australia, Brunei, Kanada, Chile, Malaysia, Meksiko, Peru, Singapura, & Vietnam. AS bukan anggota.

Ishiba janji Jepang akan kerja keras untuk perluas dan tingkatkan kerjasama ini, yang katanya bukan cuma bantu ekonomi tapi juga perdamaian & kemakmuran.

MEMBACA  Jepang Mengatakan Tidak Berencana Mengancam Penjualan Surat Utang dalam Pembicaraan Dagang AS

Meski Tokyo perkuat hubungan ekonomi dengan Asia Tenggara & Eropa, Jepang tetap anggap AS sebagai poros utama kebijakan keamanannya.

Cerita ini awalnya dimuat di Fortune.com.