Menteri Ekonomi Kroasia, Ante Šušnjar, bilang kalo Kroasia siap untuk beli perusahaan minyak milik Rusia di Serbia, namanya NIS. Perusahaan ini kena sanksi dari Amerika hari Selasa. Tujuannya adalah untuk melindungi perusahaan pipa minyak milik negara Kroasia, JANAF, yang bisnisnya sangat tergantung pada pengiriman minyak ke NIS.
Sanksi ini sudah ditunda sembilan bulan dan baru berlaku minggu ini. Ini bikin NIS putus hubungan dengan mitra-mitra penting dari Barat. JANAF dapat izin dari Amerika untuk terus kirim minyak sampai tanggal 15 Oktober. Tapi, Šušnjar bilang kalo semua minyak dari terminal dan pipa sudah diangkut, artinya pengiriman ke Serbia sudah berhenti.
Šušnjar tekankan kalo minat Kroasia beli NIS cuma strategis, untuk jaga operasi JANAF, bukan untuk masuk pasar eceran Serbia. Dia bilang, “Kami tidak bermaksud untuk mendominasi pasar Serbia.” Pembelian ini bisa bantu stabilkan hubungan energi di wilayah itu.
Dampak sanksi Amerika juga dirasakan negara lain. Menurut Šušnjar, Bosnia dan Herzegovina juga bisa kena masalah, karena sekitar 20% produk minyaknya datang dari kilang NIS di Pančevo.
Ketergantungan JANAF pada NIS sangat besar. Bisnis dengan perusahaan Serbia itu adalah lebih dari 30% dari pendapatan tahunan JANAF. Berhentinya pengiriman sampai akhir tahun 2025 bisa bikin Kroasia rugi sekitar 18 juta Euro, kata Stjepan Adanić, ketua dewan manajemen JANAF.
Sanksi Amerika ditujukan ke Gazprom Neft, raksasa minyak Rusia yang sebelumnya pegang 50% saham di NIS. Sekarang, Gazprom Neft pegang 44,9%, sementara perusahaan lain yang masih berhubungan dengan Gazprom, pegang 11,3%. Serbia sendiri masih pegang 29,9% saham di NIS.
Šušnjar lihat pembelian ini sebagai solusi praktis untuk masalah energi yang makin parah. Dia bilang, “Kroasia beli NIS tidak cuma lindungi kepentingan nasional kami, tapi juga bantu stabilitas regional.” Dia tekankan bahwa tujuan Kroasia adalah kerja sama energi, bukan kompetisi, di tengah tekanan geopolitik yang makin besar.