Laporan pekerjaan Juli yang sangat lemah meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve akan mulai turunkan suku bunga pada September. Bukti ekonomi AS melambat dan pasar tenaga kerja melemah mengimbangi kekhawatiran inflasi karena kenaikan tarif baru.
Federal Open Market Committee (FOMC) sebelumnya tidak mengubah suku bunga di kisaran 4,25% hingga 4,50% pada rapat Juli, meskipun ada perbedaan pendapat dan tekanan dari Presiden Donald Trump ke Ketua Fed Jerome Powell untuk turunkan suku bunga. Laporan pekerjaan Juli dengan cepat mengubah situasi.
Departemen Tenaga Kerja melaporkan hanya 73.000 pekerjaan non-pertanian pada Juli, jauh di bawah perkiraan. Revisi ke bawah untuk Mei dan Juni lebih mengkhawatirkan, mengurangi total 258.000 pekerjaan. Pengangguran naik ke 4,2%, hampir mencapai tertinggi dalam 12 bulan.
Pasar bereaksi cepat. Stephen Brown dari Capital Economics menyebutnya “kejutan pekerjaan.” Peluang turunnya suku bunga pada September melonjak jadi 85%, dari sebelumnya di bawah 50%.
Brian Rose dari UBS Global Wealth Management mengatakan laporan ini memberi bukti pasar tenaga kerja lemah, sehingga Fed bisa turunkan suku bunga meski inflasi tinggi. Pertumbuhan ekonomi melambat jadi 1,2% pada paruh pertama 2025, di bawah tren jangka panjang 2,0%.
Data lain juga menunjukkan ekonomi sedang sulit. Indeks manufaktur ISM turun, sementara pengeluaran modal bisnis baru pulih sedikit setelah gangguan “Hari Pembebasan” April. Tarif baru Trump juga tingkatkan biaya impor.
Sinyal yang sangat campur aduk
Penurunan pekerjaan Juli belum tentu pertanda resesi. Klaim pengangguran baru turun ke 218.000 minggu lalu. Powell diperkirakan akan gunakan simposium Jackson Hole 21-23 Agustus untuk sinyal kesiapan Fed bertindak.
Rose memperkirakan Fed akan turunkan suku bunga 25 basis poin tiap rapat sampai Januari, total 1%. “Dengan data hari ini, Powell mungkin beri petunjuk Fed siap turunkan suku bunga September,” kata Rose.
Untuk cerita ini, Fortune gunakan AI bantu buat draft awal. Editor memeriksa keakuratan sebelum publikasi.