Di suatu pagi di kawasan industri dekat pelabuhan kargo Hong Kong yang ramai, taksi listrik putih MG meluncur masuk ke kios sempit mirip tempat cuci mobil. Lift hidrolik mengangkat kendaraan, memungkinkan sistem mekanik terarah mengambil baterai yang habis dan menggantinya dengan yang sudah terisi penuh. Tidak perlu colok atau nunggu isi ulang. Taksi siap jalan dalam kurang dari 3 menit.
Kios penggantian baterai itu adalah pertama dari ratusan yang direncanakan U Power di Hong Kong. Perusahaan startup dari Shanghai ini ingin mengubah taksi-taksi tua di kota itu jadi listrik.
Peluangnya besar. Di Hong Kong, kendaraan listrik cuma 4% dari 119.000 kendaraan komersial, termasuk taksi, bus, dan van pengiriman. Untuk taksi, persentase EV lebih rendah lagi. Per Desember 2024, Hong Kong cuma punya 90 taksi listrik—0,5% dari 18.163 taksi berizin. Berbeda jauh dengan 24% EV di mobil pribadi.
Hong Kong mewakili fenomena global: dari 400 juta lebih kendaraan komersil di dunia, kurang dari 1% yang listrik. Bahkan di kota dengan EV tinggi seperti San Francisco, Oslo, dan Amsterdam, taksi listrik tetap langka.
Secara teori, pemilik taksi Hong Kong punya insentif kuat untuk beralih. Motor listrik lebih murah dioperasikan dan dirawat karena bagian bergeraknya lebih sedikit. Beberapa studi bilang biaya bahan bakar EV 70% lebih murah dari mobil bensin, bisa hemat $10.000 per taksi per tahun. Pemerintah Hong Kong juga memberikan insentif tambahan: keringanan pajak registrasi pertama dan subsidi HK$45.000 (sekitar $5.750) untuk operator yang beralih dari bensin ke listrik.
Tapi pemilik dan sopir masih ragu. Untuk kendaraan komersial, terutama taksi, setiap menit menganggur berarti kehilangan pendapatan. Pengisian EV konvensional terlalu lambat untuk armada sibuk. Hong Kong punya lebih dari 11.000 charger EV publik, tapi cuma sekitar 2.000 yang cepat (isi 80% dalam 30-60 menit). Sisanya butuh beberapa jam untuk penuh—waktu yang tidak dimiliki kebanyakan sopir.
Seperti kata Li, sopir taksi rata-rata dapat HK$200 (~$25) per jam: “Suruh mereka diam 2 jam? Nggak mungkin. Itu HK$400 hilang.” Belum lagi banyak charger umum kenakan biaya parkir per jam, bikin EV kurang ekonomis.
Stasiun ganti baterai bisa hilangkan waktu tunggu—tapi hanya jika U Power bisa bangun cukup banyak di seluruh kota dan yakinkan sopir. Perusahaan ini berharap punya 4 stasiun di Hong Kong akhir tahun ini, dan akhirnya mau bangun jaringan lebih dari 200.
Lebih dari Hong Kong
Hong Kong cuma uji coba, tapi Li punya ambisi global. U Power sudah mulai pilot di Singapura dan Macau, serta aktif pasang stasiun ganti baterai di Thailand, Meksiko, Portugal, dan Peru. Li lihat Thailand dan Meksiko paling menjanjikan karena jumlah taksi besar dan pergantian kendaraan tinggi. Bangkok punya 80.000 taksi; Mexico City lebih dari 100.000.
Di Thailand, U Power tahun lalu kerja sama dengan SAIC Motor–CP Co., usaha patungan produsen mobil China dan CP Group (konglomerat terbesar Thailand). Tujuannya integrasi teknologi ganti baterai ke taksi dan kendaraan ride-hailing MG.
U Power juga kerja sama dengan SUSCO (pengecer minyak Thailand) untuk pasang kios di 200 SPBU mereka, dan dengan Sumitomo Mitsui Auto Leasing & Service Jepang untuk operasikan armada MG di Phuket.
Perusahaan ini sekarang berencana pindahkan markas operasional dari Shanghai ke Bangkok untuk dukung ekspansi global.
Di Meksiko, mereka kerja sama dengan operator armada Vizeon New Energy untuk kembangkan taksi, bus, dan truk listrik, serta pasang stasiun percobaan di 3 kota besar. Upaya serupa dilakukan di Lisboa dan Lima, target operator armada menengah dan platform pengiriman.
Tapi U Power tidak berencana masuk ke 2 pasar terbesar: AS dan China daratan. Li sebut AS tertinggal karena kepadatan kota rendah, infrastruktur terfragmentasi, dan regulasi tidak pasti untuk perusahaan teknologi China. China daratan juga dihindari karena persaingan ketat, dominasi pemain EV lama, dan jaringan listrik sangat maju (isi daya ultra-cepat sudah umum, jadi ganti baterai kurang dibutuhkan).
Kota-kota besar China justru unik: EV mendominasi lebih dari 95% armada taksi di Beijing, Shanghai, dan Guangzhou. Di Shenzhen (dekat Hong Kong), semua taksi dan bus sudah wajib listrik sejak 2018.
Liar di Nasdaq
Rencana ekspansi global U Power picu salah satu kenaikan saham tercepat dalam sejarah Nasdaq. Saat IPO April 2023, sahamnya melonjak 600% di hari pertama, hentikan perdagangan berkali-kali. Trader retail ramai-ramai beli, tergiur janji infrastruktur EV revolusioner dari China. Saham UCAR pernah capai $901 di Juni sebelum spekulasi runtuh. Akhir tahun turun ke $18. Dalam 52 minggu terakhir, harganya fluktuasi antara $9.05 dan $2.47, sering naik-turun lebih dari 10% per hari. Sekarang diperdagangkan di bawah $4.00, turun lebih dari 50% tahun ini. Tidak ada analis Wall Street besar yang pantau UCAR saat ini.
Penurunan saham U Power mencerminkan keraguan investor soal model “baterai-sebagai-layanan” dan kekecewaan pada kinerja keuangan yang biasa-biasa saja. **Para kritikus mempertanyakan** apakah jaringan tukar baterai—yang butuh modal besar, bergantung pada adopsi armada, dan tersebar di banyak pasar berbeda—bisa berkembang dengan profit. Perusahaan ini, didirikan tahun 2013, masih belum untung. Menurut dokumen dari *U.S. Securities and Exchange Commission*, tahun 2024 mereka rugi bersih $7,7 juta dengan pendapatan $6,08 juta.
**Li yakin** perusahaan akan balik modal di 2025 dan laba naik 3x di 2026, berkat perluasan kontrak armada dan pendapatan langganan di Asia Tenggara serta Amerika Latin.
### **Pemilik dan supir, hati dan pikiran**
Untuk mewujudkan visi besar Li, *U Power* perlu dapatkan ratusan lokasi tukar baterai di kota-kota padat dunia. Ini tantangan besar di Hong Kong, di mana tanah mahal dan tiap lokasi butuh izin zonasi, koneksi listrik, serta akses kendaraan 24 jam. Sejauh ini, *U Power* baru identifikasi 10 lokasi potensial di kota itu.
Tantangan lebih besar mungkin budaya. Meyakinkan 17 pemilik armada taksi Hong Kong dan sekitar 46.000 supir yang sangat mandiri berarti mengubah kebiasaan dan kecurigaan lama. Model *U Power* mengharuskan operator lepas kepemilikan baterai, pasang antarmuka *UOTTA*, dan bayar langganan bulanan terkait pemakaian baterai—ketentuan yang mungkin tidak disukai oleh sektor yang anti kontrol terpusat.
**Li bilang** hitungan ekonomi akan menang. Dengan memisahkan baterai dari kendaraan, pemilik taksi bisa hemat biaya awal sampai 40%. Sementara itu, *U Power* tanggung logistik pengisian, pemantauan kesehatan baterai, dan daur ulang. Baterai yang sudah turun kualitas akan dipakai untuk kebutuhan lain, seperti penyimpanan energi, atau didaur ulang.
Untuk menarik minat, Li usulkan sistem insentif berbasis *blockchain*. Tiap baterai punya chip yang catat pemakaian, kebiasaan isi daya, dan keausan. Supir yang ikuti pola optimal—seperti hindari tukar baterai di jam sibuk atau kembalikan baterai dalam kondisi baik—bisa dapat token digital yang bisa ditukar diskon energi atau layanan. Tujuannya: pasar yang transparan dan mandiri, mengurangi beban listrik sekaligus memberi hadiah untuk pemakaian cerdas.
**Isaac Lawrence—AFP via Getty Images**
**Masih belum jelas** apakah sektor taksi Hong Kong yang terkenal sulit diatur akan menerima ini. Taksi merah, hijau, dan biru kota itu—merah untuk Pulau Hong Kong dan Kowloon, hijau untuk *New Territories*, biru untuk Lantau—adalah simbol ikonik. Tapi mereka juga dikenal aneh: banyak supir hanya terima uang tunai dan sering dikeluhkan karena pelayanan kasar, tarif mahal, dan ugal-ugalan. Upaya reformasi sering gagal: kenaikan tarif tahun 1984 picu kerusuhan; supir mogok massal di 1991 dan 2008; bahkan bulan Februari kemarin, serikat supir ancam mogok lagi jika pemerintah tidak larang layanan *ride-hailing* ilegal seperti Uber.
Di acara peluncuran *U Power* Hong Kong bulan Juni, ketua *Hong Kong Taxi Drivers & Operators Association* hadir dan tanda tangani *MoU* untuk dukung adopsi sistem *UOTTA*. Tapi, tidak ada perwakilan dari *Hong Kong Taxi Owners Association*—yang mewakili pemilik lisensi taksi dan dianggap lebih berpengaruh secara politik—yang datang.
Namun, simbolisasi elektrifikasi taksi Hong Kong kuat. Tahun 2023, saat bursa saham kota itu buka kantor di New York dan London, mereka rayakan dengan iklan global dimana mantan CEO *Nicolas Aguzin* berkeliling Manhattan dan Mayfair—bukan pakai limusin hitam, tapi taksi merah klasik Hong Kong. Jika Li Jia berhasil, lain kali taksi itu muncul di panggung internasional, ia akan pakai baterai yang bisa ditukar—simbol bukan cuma kota itu, tapi juga masa depan mobilitas listrik.