Saham turun pada hari Rabu setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengeluarkan pernyataan lebih keras dari yang diharapkan dalam konferensi pers setelah rapat, mengurangi harapan untuk pemotongan suku bunga di September.
Bank sentral AS menjaga tingkat suku bunga acuan mereka tetap sama di kisaran 4,25% hingga 4,5%—di mana sudah seperti itu sepanjang 2025—sesuai ekspektasi pasar. Tapi komentar Powell tentang langkah selanjutnya Fed kurang lunak dari yang diperkirakan investor.
Vanguard S&P 500 ETF (VOO), yang sebelumnya naik 0,3% sebelum pengumuman, cepat berbalik arah dan terakhir turun dengan jumlah yang sama.
Futures terkait prospek suku bunga Fed mencerminkan perubahan sentimen. Kemungkinan pemotongan di September turun dari hampir 70% ke bawah 50% setelah konferensi pers Powell, menurut data CME FedWatch.
Meski keputusan suku bunga sendiri relatif biasa, ada perkembangan penting: Dua anggota Dewan Gubernur Fed tidak setuju dan lebih memilih pemotongan suku bunga. Ini pertama kalinya terjadi sejak 1993, menurut Bloomberg.
Tapi, pasar mengabaikan hal itu dan lebih fokus pada keengganan Powell memberikan sinyal perubahan kebijakan jangka pendek.
“Kita perlu lihat datanya dulu,” kata Powell saat ditanya apakah Fed akan memotong suku bunga di September. “Bisa ke berbagai arah,” tambahnya.
Powell juga menghindari komentar langsung soal kritik dari Presiden Donald Trump, yang secara publik meminta suku bunga lebih rendah.
“Menurutku, memiliki bank sentral independen sudah menjadi pengaturan kelembagaan yang bermanfaat buat publik,” kata Powell.
Soal kebijakan perdagangan, Powell akui tarif masih bisa naikkan harga, meski dampak sekarang masih terbatas.
“Yang kita lihat sekarang baru awal dari efek apapun pada inflasi barang,” katanya. Masih “jauh” untuk lihat dampak akhir tarif pada harga, tambahnya. “Seperti masih banyak yg akan datang.”
Tapi, Powell bilang masuk akal untuk berharap kenaikan harga dari tarif akan “singkat” dan “hanya perubahan satu kali di tingkat harga.”
Dia jelaskan kebijakan moneter sebagai “sedikit ketat,” mencatat sikap itu tetap tepat karena “inflasi sedikit di atas target” dan pasar tenaga kerja “seimbang.”
Dalam komentar yg mungkin ditujukan pada kritikus pendekatan hati-hati Fed, Powell bilang, “Bisa dibilang kita agak mengabaikan inflasi barang dengan tidak naikkan suku bunga. Kita belum bereaksi pada inflasi baru. Tapi aku tidak akan bersikeras soal itu.”
Meski sikap Fed, kenaikan saham secara luas di 2025 tetap kuat. Saham melonjak tahun ini karena ketegangan perang dagang Presiden Trump mereda setelah kesepakatan baru dan laba perusahaan yg melonjak karena revolusi AI terus dorong sentimen pasar.
Meski pemotongan suku bunga di September akan disambut pasar, kenaikan saham sekarang sepertinya bisa bertahan, bahkan jika Fed tidak bergerak.