Tahun ini fokusnya di Eropa, tapi ada satu pasar besar yang tidak dapat perhatian investor: Prancis.
Keputusan mengejutkan Presiden Emmanuel Macron bulan Juni lalu untuk mengadakan pemilu masih memengaruhi aset Prancis. Sahamnya lebih parah karena permintaan barang mewah Prancis dari pembeli besar China turun drastis.
CAC 40 di Paris naik 4,1% tahun ini. Sementara itu, DAX Jerman melonjak 18%, kinerja terbaik sejak 2007. Stimulus fiskal besar-besaran menggerakkan ekonomi Eropa, dorong saham pertahanan dan infrastruktur di Frankfurt.
Survei Bank of America minggu ini menunjukkan investor semakin optimis dengan saham Eropa. Indeks Stoxx 600 naik 7% di tahun 2025. Tapi, Jerman paling disukai, Prancis “paling dihindari.”
Pemilu dadakan Juni lalu bikin parlemen Prancis terbagi dan politik tidak stabil, susah tekan defisit anggaran sesuai aturan Uni Eropa. Di pasar obligasi, Prancis jauh tertinggal dari Jerman karena investor minta kompensasi lebih tinggi untuk risiko.
Florian Allain, manajer investasi di Mandarine Gestion Paris, bilang kekhawatiran investor terhadap Prancis makin besar. “Masalah besar Prancis belum terselesaikan. Keuangan negara buruk, pertumbuhan ekonomi lambat, dan tidak ada kepastian politik,” katanya. “Wajar kalau investor asing lebih milih Jerman.”
Saham besar Prancis tidak hanya turun tajam sejak pemilu dadakan, tapi juga kehilangan keunggulan valuasi dibanding saham Jerman. Rasio harga terhadap laba CAC 40 sekarang 8% lebih rendah dari DAX, padahal sebelumnya 6% lebih tinggi.
Analis makin hati-hati dengan prospek perusahaan bernilai tinggi di Prancis. Sejak awal 2024, estimasi laba CAC 40 turun lebih dari 10%, beda jauh dengan DAX yang naik 5% dan Stoxx Europe 600 naik 2%.
Dulu, investasi di Prancis menguntungkan karena Macron dikenal sebagai reformis pro-bisnis dan permintaan barang mewah terus naik. Total return CAC 40 dari 2017 sampai Juni 2024 mencapai 83%, bandingkan dengan Stoxx 600 yang hanya 68%.
Tapi sejak Macron bubarkan parlemen, CAC 40 turun 4%. DAX naik 26%, Stoxx 600 naik 3,6%.
Penurunan saham mewah Prancis bikin luka dalam di bursa Paris. Saham LVMH anjlok 36% sejak krisis politik musim panas lalu. Ini hapus lebih dari 300 poin dari CAC 40, tiga kali lebih besar dari Stellantis.
Saham Prancis kalah jauh dari Spanyol (IBEX naik 22%) dan Italia (FTSE MIB naik 14%).
Obligasi Prancis juga kalah dari Jerman. Sejak pemilu, imbal hasil obligasi 30 tahun Prancis naik hampir 0,5%, sementara Jerman stabil. Untuk obligasi 10 tahun, selisihnya 18 basis point.
John Taylor dari AllianceBernstein bilang Prancis sulit kembali ke level sebelum krisis. “Semakin lama tidak ada pemerintahan kuat, semakin susah perbaiki utang dan fiskal,” katanya.
Perbedaan kinerja makin jelas setelah pemerintah Jerman umumkan paket fiskal besar untuk investasi pertahanan dan infrastruktur. Obligasi Jerman sempat turun, tapi imbal hasilnya sudah stabil.
Dulu, obligasi Prancis dianggap alternatif bagus dibanding Jerman. Sekarang, malah kalah dari Italia, Spanyol, dan Portugal.
Defisit anggaran Prancis memang sudah memburuk, tapi pemilu bikin parlemen terpecah dan sulit kurangi belanja negara. Perdana Menteri Francois Bayrou rencananya akan umumkan anggaran 2026 bulan depan, termasuk penghematan €40 miliar.
“Kalau Bayrou berhasil dengan anggaran 2026, saya akan optimis pada Prancis,” kata Arnaud Girod dari Kepler Cheuvreux. Tapi menurutnya, ini hanya strategi jangka pendek karena risiko politik bisa muncul lagi.