Investor yang ingin mulai main kripto punya beberapa pilihan. Paling mudah adalah beli dari bursa seperti Coinbase ato Binance. Cara ini cepat, murah, dan gampang buat pegang Bitcoin atau Ethereum (dan koin lain) langsung. Opsi lain lebih ribet: beli saham perusahaan yang pegang kripto di neracanya, lalu harap harap sahamnya naik.
Hebohnya, cara kedua ini lagi tren banget di kripto skrg. Ada banyak perusahaan ikut-ikutan. Menurut situs Bitcoin Treasuries, udah ada 160 perusahaan sedunia yang pegang Bitcoin di neraca, termasuk 90 di AS. Beberapa nama terkenal kayak GameStop, Block, sama Tesla, bahkan Trump Media and Technology Group yang dikendalikan keluarga Presiden.
Secara teori, ini ga masuk akal. Nilai aset perusahaan emang pengaruh harga saham, tapi seharusnya perubahan harga aset itu proporsional.
Misalnya, kalo Nike pake duit cadangannya buat beli jagung trus harga jagung naik, sahamnya mungkin ikut naik. Tapi bukan berarti investor jagung harus beli saham Nike, bukan jagung. Malah, pemegang saham Nike bisa marah karena duit dipake buat hal ga jelas.
Tapi kripto beda. Perusahaan yang taruh kripto di neraca lgsg dapet kenaikan harga saham jauh lebih besar drpd nilai kriptonya.
Contoh paling terkenal adalah Strategy, dulu bernama MicroStrategy, perusahaan keamanan siber dari Virginia. Beberapa tahun lalu, pendirinya Michael Saylor fokus beli Bitcoin sampe sekarang pegang $74 miliar. Perubahan ini sukses banget—di akhir Juli, valuasi pasarnya $112 miliar meski bisnis intinya udah ditinggal.
Gak heran banyak CEO ikutin trik sama. Kalo bisa naikin harga saham cuma dengan ganti aset di neraca, kenapa enggak? Lihat aja daftar perusahaan pegang Bitcoin terbanyak di Bitcoin Treasuries (1 Bitcoin skrg sekitar $118.000):
Efek “meme”
Beberapa perusahaan ini emang khusus buat investasi Bitcoin, tapi banyak juga yang bisnis utamanya bukan itu. Mitchell Petersen, profesor keuangan di Northwestern University, bilang fenomena ini mirip gelembung saham internet tahun 2000, dimana perusahaan bisa naikin harga saham cuma dengan nambahin kata “dotcom” di nama mereka.
Tapi Petersen ragu dengan tren perusahaan taruh duit di kripto. Dia bilang perusahaan besar kayak Apple dan Microsoft emang investasikan duitnya, tapi sebagai bagian dari strategi likuiditas, misalnya lewat dana pasar uang atau obligasi perusahaan, bukan buat spekulasi.
Petersen nambahin aturan laporan keuangan gak mewajibkan perusahaan ungkap detail aset “setara kas”, tapi biasanya asetnya aman dan likuid. Pengecualian cuma perusahaan tambang yang pernah taruh emas di neraca, dengan alasan mereka paham pergerakan harga emas.
Alasan serupa dipake beberapa perusahaan di atas, terutama yang bergerak di penambangan Bitcoin dan paham siklus industri kripto. Beberapa investor mungkin rela bayar lebih untuk saham mereka.
Tapi buat perusahaan lain, susah nemuin alasan kuat kenapa beli Bitcoin. Apalagi, volatilitas pasar kripto bisa bikin mereka kesusahan pas harga anjlok.
Pertanyaannya: apakah tren beli kripto ini bertahan? Menurut ahli keuangan lain, jawabannya sederhana: gak bakal bertahan.
“Ini cuma efek meme, gak ada hubungannya dengan strategi investasi atau korporat yang baik,” kata Darrell Duffie, profesor keuangan Stanford University.
Duffie bilang perusahaan harusnya fokus ke kompetensi inti, bukan spekulasi kayak hedge fund. Dia akui saham Strategy Michael Saylor emang bagus, tapi kalo terlalu banyak perusahaan ikut-ikutan, pasar bakal sadar ini gak masuk akal.
“Ini cuma tren. Bakal hilang, trus diganti tren lain,” ujar Duffie.
Di vodcast Fortune Crypto Playbook terbaru, para ahli kripto Fortune bahas faktor-faktor utama yang bentuk industri kripto skrg. Tonton atau dengar sekarang