Waktu Mia Jones makan diluar sama temen-temennya, dia pengen tempat yang pas: gak terlalu terkenal, tapi punya aesthetic yang keren.
"Mia bilang, kalo restorannya terlalu viral, dia gak mau dateng. Tapi kalo gak ada yang bahas, dia juga gak mau." Jones, yang kerja sebagai strategi pertumbuhan di konsultan merek Redscout, cerita ke Fortune. "Dia liat-liat review dulu dan butuh persetujuan dari para foodie lain sebelum beli makanan di suatu tempat."
Jones itu kayak banyak anak muda generasi sekarang yang mau dapet nilai uang yang lebih baik waktu mereka makan di luar. Lebih dari 77% Gen Z nemuin restoran lewat media sosial dan 72% percaya sama review di platform itu, menurut survey dari Eater dan Vox Media.
"Mia nambahin, dia gak akan makan di restoran kalo gak ada di TikTok soalnya dia gak percaya sama selera orang generasi boomer. Dia tau bahwa sesama Gen Z itu teliti banget waktu nge-review restoran."
Mengandalkan media sosial buat cari restoran baru bukan cuma satu-satunya tren di kalangan Gen Z. Banyak pelanggan milih untuk berbagi piring atau pesan makanan pembuka dan menu anak-anak buat mengimbangi biaya makan di luar di masa inflasi.
"Kita akan bagi makanan pembuka dan utama supaya semua orang bisa coba sesuatu," kata Jones. "Ini kan acara spesial, jadi kita pengen coba semuanya."
Di akhir tahun 2024, orang Amerika rata-rata menghabiskan $166 per bulan untuk makan di luar, menurut data. Sementara itu, 16 restoran chain populer naikin harganya rata-rata 42% antara 2020 dan 2025.
Tapi buat restoran, ini artinya pembelanjaan dari anak muda lebih kecil.
"Ini tren yang lagi diperhatiin baik-baik sama industri," kata Barry McGowan, CEO dari chain restoran Brasil Fogo de Chão, ke Fortune. Gen Z lebih "mempertimbangkan nilai uang. Konsumsi alkohol juga berubah. Generasi ini lebih milih cocktail tanpa alkohol atau minuman rendah alkohol."
Lebih banyak Gen Z juga milih untuk gak minum alkohol—bukan cuma buat hemat uang, tapi juga buat hindari kecanduan alkohol dan hidup lebih sehat.
"Gen Z kurang sosialisasi langsung, dan norma sosial mungkin berubah," jelas Brooke Arterberry, seorang peneliti. "Perubahan pola asuh orang tua mungkin juga faktor, begitu juga tekanan buat sukses yang lebih besar, informasi tentang bahaya minuman alkohol yang mudah diakses, dan ketidakstabilan ekonomi."
Laporan National Restaurant Association tahun 2024 juga tunjukkan lebih dari 75% pelanggan mau porsi yang lebih kecil dengan harga yang lebih murah. Tapi beberapa chain fast-casual dan fast-food udah menanggapi ini, kayak Subway yang perkenalkan menu fokus ke camilan dan Panera Bread yang andalkan deal "You Pick Two"-nya.
Beberapa chain restoran sadar bahwa dengan anak muda yang kurangi alkohol, rata-rata total belanja mereka jadi sedikit turun. Beberapa restoran juga ikuti tren orang dewasa pesen dari menu anak-anak sebagai pilihan yang lebih murah dan porsinya pas, yang bantu mereka tarik dan pertahankan pelanggan muda.
Salah satu influencer media sosial, Ashley Garrett, bahkan bikin misi buat review menu anak-anak di sebanyak mungkin restoran buat bantu orang dewasa lain cari makanan yang enak dan harganya terjangkau. Perempuan 33 tahun ini bilang dia makan menu anak-anak lima kali seminggu dan pikir porsi restoran biasa terlalu besar dan mahal.
"Kasih aku chicken tenders atau pasta dasar, dan aku senang," kata Garrett ke The Wall Street Journal.
Cara Generasi Lain Makan di Luar
Peduli sama harga menu di masa inflasi ini bukan cuma tren generasi muda aja, soalnya kepercayaan konsumen lagi turun.
Memang, 86% konsumen bilang mereka udah ubah kebiasaan makan mereka buat hadapi inflasi, dengan sekitar sepertiganya milih item menu yang lebih murah dan 29% rencanakan makan mereka berdasarkan budget. Lebih dari 60% baby boomer bilang nemu harga yang wajar adalah salah satu faktor utama mereka milih restoran baru. Laporan McKinsey & Co. juga tunjukkan lebih sedikit konsumen yang rencana buat boros di restoran dan belanja bulanan.
Tapi, Hannon bilang dia malah liat ada kenaikan belanja di satu kategori untuk baby boomer.
"Baby boomer, menariknya, malah nambah pengeluaran buat alkohol, sering nganggep makan di luar sebagai pengalaman yang lebih bersenang-senang," katanya.
Sementara Gen Z biasanya nemu restoran baru lewat media sosial, milenial masih andalkan Google dan Yelp buat liat review.
"Milenial sangat bergantung sama platform online, tapi mereka biasanya liat review dan rating, bukan cuma aesthetic-nya doang," tambah Hannon.
Versi cerita ini pertama kali terbit di Fortune.com. Fortune Global Forum balik lagi pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif yang bentuk masa depan bisnis.