MOSCOW, 15 Des (Reuters) – Pengadilan di Rusia memutuskan mendukung Rusal dalam gugatan perusahaan raksasa alumunium itu senilai 104,75 miliar rubel (setara $1,32 miliar) terhadap perusahaan tambang global Rio Tinto, menurut dokumen pengadilan.
Putusan ini memperkeras pertarungan hukum mengenai pabrik alumina patungan di Queensland, Australia. Rio mengambil alih kendali penuh setelah Australia memberlakukan sanksi ke Rusia karena perang di Ukraina.
Gugatan ini disidangkan secara tertutup, dan detilnya tidak diungkap. Rusal menolak berkomentar. Rio Tinto belum bisa dihubungi untuk komentar.
RUSAL MENCARI PASOKAN DARI NEGARA LAIN
Rusal mengajukan gugatan ini setelah kalah di pengadilan Australia pada 2024 untuk mendapatkan kembali haknya atas 20% saham di pabrik alumina Queensland Alumina Ltd (QAL).
Australia merespon operasi militer Rusia di Ukraina tahun 2022 dengan sanksi luas, termasuk larangan ekspor bahan baku aluminium ke Rusia.
Tak lama setelah larangan diberlakukan Maret 2022, Rio mengambil kendali penuh QAL, mengesampingkan Rusal dan memotong aksesnya ke hasil produksi pabrik. Rio memiliki 80% pabrik ini.
Rio tidak punya aset di Rusia, tapi tergugat dalam gugatan Rusal termasuk anak perusahaan Rio yang memiliki 66% deposit tembaga-emas Oyu Tolgoi di Mongolia. Moskow menyebut Mongolia sebagai "teman" yang tidak beri sanksi pada Rusia.
Larangan ekspor alumina Australia dan penghentian operasi pabrik di Ukraina mendorong Rusal mencari pasokan tambahan dari Cina dan negara lain untuk pabrik peleburan aluminiumnya di Siberia pada 2022.
Tahun 2025, Rusal menyatakan akan secara bertahap mengakuisisi hingga 50% saham pabrik alumina di India. Perusahaan juga umumkan rencana bangun pabrik alumina baru berkapasitas 4,8 juta ton di wilayah Leningrad, Rusia, pada 2028.
Pada 2023, Rusal mengakuisi 30% saham di sebuah pabrik alumina di Cina untuk mendukung pasokan bahan baku dari aset-asetnya di Rusia, Irlandia, Jamaika, dan Guinea.
($1 = 79,2000 rubel)
(Laporan oleh Anastasia Lyrchikova di Moskow. Tambahan laporan oleh Clara Denina di London. Disunting oleh Mark Potter)