Industri yang cepat pakai AI mungkin sudah dapat keuntungan, tapi karyawan mereka juga mulai kena dampak buruknya.
Menurut studi dari Bank Sentral St. Louis, AS mungkin sedang lihat tahap awal di mana AI mulai menggantikan pekerjaan. Terutama di sektor yang paling cepat adopsi teknologi ini.
Penelitian ini, dirilis tanggal 26 Agustus, mencoba mencari tahu apakah AI menyebabkan naiknya pengangguran. Ini terjadi setelah kejutan di pasar tenaga kerja awal bulan lalu, di mana data lapangan kerja direvisi sangat turun: lapangan kerja bulan Mei dipotong dari 144.000 jadi cuma 19.000, dan Juni dari 147.000 jadi 14.000.
Ini bikin banyak pertanyaan: Apa perekrutan melambat karena takut rencana tarif Trump? Atau ada faktor lain yang ubah pasar tenaga kerja?
Kita juga sudah dengar banyak peringatan soal AI gantikan pekerjaan. Mungkin ini penyebabnya?
Menurut survei, 23% pekerja sudah pakai AI generatif setidaknya seminggu sekali di akhir 2024 — angka adopsi yang sangat cepat untuk teknologi baru. Tapi, kita masih belum tahu banyak efeknya ke pekerjaan.
Yang bisa dilihat adalah perubahan persentase pengangguran dari 2022 ke 2025 di industri tertentu, dan kaitannya dengan paparan AI di sektor itu.
Studi ini tunjukkan korelasi 0,57, artinya pekerjaan yang paling banyak pakai AI juga paling banyak alami kenaikan pengangguran. Contohnya di sektor komputer dan matematika, adopsi AI hampir 80% dan perubahan pengangguran naik 1,2% dalam tiga tahun.
Tentu saja, AI bukan satu-satunya cerita di tech. Perusahaan tech besar juga dikritik karena kebanyakan hiring waktu pandemi, yang menyebabkan banyak PHK di tahun berikutnya.
Contohnya, mantan bos PayPal bilang banyak PHK itu sudah seharusnya: "Banyak karyawan yang sebenarnya tidak perlu, tidak ada kerjaan yang nyata."
Spesialis tech, terutama di bidang AI, juga cerita bahwa mereka dibayar gaji besar untuk tidak kerja banyak, hanya agar tidak direkrut perusahaan saingan.
Perusahaan tech besar juga tidak sembunyi-sembunyi. Mark Zuckerberg luncurkan "tahun efisiensi" di 2023 yang potong 22% karyawan. CEO Alphabet Sundar Pichai juga bilang Google akan "menghapus lapisan untuk penyederhanaan."
Sektor yang Lebih Aman
Di sisi lain, industri dengan adopsi AI rendah justru punya tingkat pekerjaan yang stabil. Contohnya industri jasa personal, punya tingkat adopsi terendah dan tingkat pekerjaan tidak berubah.
Sektor hukum dan jasa sosial juga punya tingkat adopsi sekitar 18% dan malah punya tingkat pengangguran yang negatif dalam tiga tahun terakhir.
Ada juga bukti bahwa AI lebih disruptif untuk pekerja baru. Misalnya studi dari profesor Stanford bulan lalu menemukan pekerja pemula di bidang yang terpapar AI alami penurunan pekerjaan relatif 13%.
Deutsche Bank, yang mengutip studi ini, bilang ini salah satu laporan pertama yang tunjukkan efek AI di data pasar kerja. Sejak peluncuran ChatGPT, ada penurunan 6% pekerjaan untuk umur 22-25 tahun di pekerjaan yang bisa dibantu AI.
Sebaliknya, ada kenaikan 6-9% untuk pekerja yang lebih berpengalaman di profesi yang sama.
Goldman Sachs juga lihat perubahan perekrutan karena AI — tapi bukan karena penggantian. Indeks Analis mereka untuk Agustus menemukan 58% analis melaporkan perusahaan yang mereka pantau merekrut dengan kecepatan yang sama seperti awal 2025, tapi fokus ke posisi yang terkait AI. Sebaliknya, mereka hentikan atau potong peran yang tidak terkait AI.
Fortune Global Forum kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif yang membentuk masa depan bisnis.