Rasa khawatir tentang masa depan yang dipimpin AI sudah masuk ke hampir semua bagian tempat kerja. Dari staf junior yang takut sama otomatisasi sampai manajer yang takut jadi tidak relevan, tidak ada yang merasa benar-benar aman.
Bahkan CEO juga tidak kebal: hampir tiga perempat bilang mereka takut kehilangan pekerjaannya kalau tidak bisa memberikan hasil bisnis dengan AI.
Tapi David Rogier bukan salah satu dari mereka. Founder dan CEO MasterClass ini lihat AI bukan sebagai ancaman, tapi sebagai pendorong, yang sudah mengubah cara dia kerja setiap hari.
“Kalau kamu tidak pakai AI dan kamu seorang CEO, kamu ngapain aja?” kata Rogier ke Fortune. “Kamu nahan-nahan diri sendiri. Kamu kayak, ‘Aku cuma mau produktif 80% aja dari yang sebenarnya bisa.'”
Menurut hitungan dia, dengan menjadi “pengguna berat” teknologi ini, dia jadi sangat efisien sampai bisa menghemat waktu kerja satu hari penuh. Waktu itu sekarang dia gunakan untuk bagian bisnis yang paling butuh kepemimpinannya.
CEO MasterClass pakai delapan alat AI berbeda
Dengan banyaknya alat AI di pasar, mustahil buat cuma pakai satu alat saja untuk memaksimalkan waktu. Malahan, “AI CEO Stack” punya Rogier terdiri dari lebih dari setengah lusin LLM.
Pembantu AI utama Rogier adalah versi kustom dari ChatGPT bernama “Davidify” yang mensintesis semua catatannya. Kalau dia perlu nulis draft email atau pidato, dia cuma perlu kasih beberapa poin, dan alat itu akan menuliskannya dengan gayanya.
AI stack dia juga termasuk:
Gamma: “Buat deck presentasi untuk semua staf lebih cepat dan jauh lebih cantik”
Make.com + Todoist + ChatGPT: “Prioritaskan daftar tugas saya secara otomatis setiap malam. Tidak perlu lagi lihat 50 tugas dan coba prioritaskan.”
NotebookLM: “Ambil semua pembicaraan YouTube dan makalah akademik yang mau saya tonton dan baca, lalu buatkan podcast 15 menit untuk saya dengar saat jalan-jalan.”
Lovable: “Mockup produk yang cepat bikin proses umpan balik jadi jauh lebih cepat.”
On Call: “Saya tanya Chris Voss dan Mark Cuban pertanyaan dan tidak perlu khawatir ganggu mereka beneran.”
Claude Projects: “Diisi dengan data demografi pelanggan kami. Saya minta umpan balik waktu nyata untuk ide-ide baru.”
Suno: “Yang mengejutkan? Buat playlist kerja (dan olahraga) kustom yang terbaik.”
Cara CEO menerapkan AI di tempat kerja
Rogier tidak sendiri dalam hal pakai AI. CEO, terutama di sektor teknologi, lihat penggunaan AI sehari-hari sebagai hal yang wajib untuk tetap bersaing.
Microsoft CEO Satya Nadella bilang GPT-5 dalam Microsoft 365 Copilot sudah “menjadi bagian dari alur kerja sehari-hari saya, nambah lapisan kecerdasan baru di semua aplikasi saya.” Bahkan, miliuner ini pakai teknologi generatif untuk buat ringkasan rapat, update proyek, pantau produktivitas, dan lain-lain.
Sama juga, Nvidia CEO Jensen Huang pakai AI sebagai alat belajar dan riset, paling sering pakai Perplexity dan ChatGPT.
“Saya pakai [AI] sebagai tutor setiap hari,” kata Huang di Konferensi Global Milken Institute awal tahun ini. “Untuk topik yang baru buat saya, saya mungkin bilang, ‘Jelaskan ke saya kayak saya umur 12 tahun,’ lalu naikkan penjelasannya sampai tingkat doktor seiring waktu.”
Pemimpin teknologi lain bahkan lebih jauh lagi pakai AI. CEO seperti Zoom Eric Yuan dan Klarna Sebastian Siemiatkowski keduanya muncul di panggilan earnings terkait pakai replika video hasil AI yang menyampaikan pernyataan skrip dengan suara dan tampilan mereka. Dan Klarna bahkan sampai buka “AI CEO Hotline” 24/7, layanan yang terima keluhan pelanggan non-stop, dan menanggapi dengan gaya bicara Siemiatkowski dalam bahasa Inggris dan Swedia.
Dengan AI yang makin bagus seiring waktu, CEO-CEO ini setidaknya sudah kasih contoh bagaimana teknologi bisa diintegrasikan ke dalam pekerjaan mereka — dan kemungkinan berharap karyawan mereka melakukan hal yang sama.
Fortune Global Forum kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif dan dinamis yang membentuk masa depan bisnis. Ajukan permohonan undangan.
Jaman sekarang, teknologi sangat penting bikin kita lebih mudah untuk berkomunikasi dan akses informasi. Internet sudah mengubah cara kita bekerja, belajar, dan cara kita berhubungan sama orang lain. Sangat menakjubkan sekali untuk memikirkan tentang masa depan dan penemuan-penemuan yang baru.
Dengan semua teknologi ini, kita juga harus hati-hati sama keamanan data online kita dan efeknya untuk kesehatan mental. Tapi, kalau kita pakai dengan bijak, teknologi bisa bantu kita buat hidup yang lebih baik.