Pelaku Usaha Internasional Terkini Gugat India Atas Aturan Limbah Elektronik

Oleh Aditya Kalra dan Arpan Chaturvedi

NEW DELHI (Reuters) – Unit India dari perusahaan AC besar asal AS, Carrier, menjadi perusahaan terbaru yang menggugat pemerintah PM Narendra Modi terkait aturan limbah elektronik. Aturan ini menaikkan biaya yang harus dibayar produsen ke pendaur ulang.

Perusahaan seperti Samsung Electronics dan LG Electronics dari Korea Selatan, serta Daikin dari Jepang dan Voltas milik Tata juga mengajukan gugatan. Kasus ini akan disidangkan di Pengadilan Tinggi Delhi pada Selasa. Semua perusahaan ingin aturan tersebut dibatalkan.

India adalah penghasil limbah elektronik terbesar ketiga setelah China dan AS. Namun, pemerintah menyatakan hanya 43% limbah elektronik India yang didaur ulang tahun lalu.

Pada September, pemerintah Modi menetapkan harga minimum yang harus dibayar produsen ke pendaur ulang. Produsen mengklaim harga ini 3-4 kali lebih tinggi dari sebelumnya.

Dalam dokumen pengadilan 380 halaman tertanggal 3 Juni (yang belum diumumkan publik), Carrier menyatakan pendaur ulang bersedia bekerja dengan harga lama. Pemerintah seharusnya tak ikut campur dalam kesepakatan swasta antara perusahaan dan pendaur ulang.

"Beban keuntungan untuk pendaur ulang dibebankan ke produsen. Ini tidak adil dan sewenang-wenang," tulis Carrier Airconditioning & Refrigeration dalam dokumen yang dilihat Reuters.

Aturan ini akan memberi "beban keuangan besar" pada perusahaan. Carrier tidak menanggapi permintaan komentar Reuters.

Kementerian Lingkungan Hidup India juga tidak merespons. Sebelumnya, mereka berargumen di pengadilan bahwa aturan harga diperlukan untuk memastikan pembuangan limbah yang tepat dan merupakan intervensi "wajar".

Aturan baru mewajibkan pembayaran minimal Rp22 per kilogram untuk mendaur ulang elektronik konsumen. Menurut Redseer, tarif ini masih lebih rendah dibanding AS yang bisa lima kali lebih tinggi.

MEMBACA  Festival Budaya Dieng 2024, Eksplorasi Budaya di Tanah di Atas Awan

Penjualan Carrier di India tahun lalu mencapai $248 juta, tertinggi sejak setidaknya tahun fiskal Maret 2020. Perusahaan ini memasang sistem AC pertama di India di kota Jaipur pada 1936.

(Laporan oleh Aditya Kalra dan Arpan Chaturvedi; Disunting oleh Edwina Gibbs)