Pasar saham bersorak atas kegagalan tarif Trump. Namun, realitas baru mungkin lebih ‘penuh ketidakpastian.’

Keputusan pengadilan perdagangan AS yang setidaknya memberi jeda sementara pada banyak tarif luas Presiden Trump tidak meredakan ketakutan Wall Street soal ketidakpastian kebijakan.

“Tidak jelas ini jadi pemicu untuk perdagangan berisiko baru,” tulis ketua riset global Barclays Ajay Rajadhyaksha dalam catatan ke klien. Ia tunjukkan tarif lebih rendah artinya pendapatan pemerintah AS berkurang. Ini bisa buat tagihan pajak baru Trump tingkatkan defisit AS jika berlaku, memperparah kenaikan imbal hasil obligasi dan mungkin tekan pasar saham.

Keputusan Pengadilan Perdagangan Internasional AS membatalkan tarif “Hari Pembebasan” Trump sebesar 10% ke hampir seluruh dunia dan hapus ancaman tarif lebih tinggi ke negara yg gagal capai kesepakatan selama jeda 90 hari. Berjangka saham melonjak semalam, naik hampir 2%.

Tapi pemerintah sudah banding keputusan itu. Strategis seperti Rajadhyaksha bilang ini cuma tunda penerapan tarif Trump, bukan hapus.

“Investor berharap negosiasi tarif selesai dalam beberapa bulan ke depan, biar pemerintah fokus ke kebijakan pro-pertumbuhan seperti deregulasi,” tulis Rajadhyaksha. “Sekarang, proses itu mundur beberapa bulan.”

Sampai Kamis pagi, rally pasar saham sudah mereda. S&P 500 (^GSPC) cuma naik 0.5%, didorong kenaikan 5% saham Nvidia (NVDA) setelah rilis laba kuartal pertama.

Ekonom dan strateg Wall Street khawatir tidak cuma soal tarif, tapi juga ketidakpastian kebijakan bisa hambat investasi bisnis. Keputusan pengadilan terakhir tidak selesai kan ketidakpastian tarif pasar, hanya tambah teka-teki.

“Kita tukar penurunan tarif efektif (baik) dengan ketidakpastian kebijakan panjang (buruk),” tulis kepala ekonomi Renaissance Macro Neil Dutta. “Ini akan tekan investasi dan perekrutan bisnis.”

Ia tambah, “Ini beri tekanan ke Fed. Saya rasa ini kurangi fokus ke data inflasi jangka pendek dan lebih ke lapangan kerja.”

MEMBACA  Tersangka ketiga ditangkap atas serangan pembakaran di rumah Starmer di London

Ekonom utama AS Goldman Sachs Alec Phillips sebut keputusan pengadilan sebagai “kemunduran” untuk rencana tarif Trump, tapi mungkin tidak ubah hasil akhir bagi banyak mitra dagang AS.

Cerita Berlanjut