Pasar Ramalkan Tarif Trump ke China Akan Berbalasan, Emas Melonjak dan Dolar Terlihat Rapuh

Pasar keuangan lagi-lagi turun tajam, mirip seperti yang terjadi bulan April lalu. Waktu itu, tarif "Hari Pembebasan" membuat investor global kaget. Sekarang, tarif baru Amerika untuk China malah mungkin lebih merugikan Amerika sendiri.

Pada hari Jumat, Presiden Donald Trump mengatakan dia akan memasang tarif tambahan 100% untuk China dan membatasi ekspor software AS. Ini terjadi setelah China membatasi ekspor rare earths mereka.

Indeks S&P 500 anjlok 2.7%, penurunan terburuh sejak 10 April. Sementara itu, nilai dolar AS jatuh hampir 0.7% dan harga emas naik lebih dari 1.5%.

"Pasar lagi-lagi berpikir bahwa AS memegang tongkat yang lebih pendek dalam perang tarif dengan China," tulis Robin Brooks dari Brookings Institution di Substack pada hari Sabtu.

China menguasai pasar rare earths, memproduksi lebih dari 90% rare earths olahan dan magnet rare earth dunia. Ini menjadi leverage penting mereka atas AS.

Pergerakan dolar dan emas yang berbeda ini penting karena biasanya saat pasar saham jatuh, investor lari ke dolar sebagai tempat aman. Tapi seperti saat ‘Hari Pembebasan’, pola itu tidak terjadi, dan emas justru jadi pilihan untuk lindungi nilai dari kekacauan perang dagang.

Brooks menambahkan, ini adalah contoh kedua di mana pasar melihat tarif ini merugikan AS, bukan negara lain.

Melihat reaksi saham, mata uang, dan emas pada Jumat lalu, Brooks bilang posisi dolar sekarang sebenarnya terlihat lebih lemah dibanding awal April. Dia memperingatkan, "Dolar tidak terlihat sehat."

Sebefore konflik tarif ini, perundingan dagang AS-China sudah berjalan baik. Tapi ketegangan tetap ada, termasuk soal rare earths dan pembatasan AS untuk ekspor produk semiconductor ke China.

MEMBACA  Saham jatuh saat pemerintahan Trump bimbang dalam perjanjian perdagangan

Minggu ini, AS juga mengumumkan biaya pelabuhan untuk kapal China, yang dibalas China dengan memberlakukan biaya serupa untuk kapal AS. China juga meluncurkan penyelidikan anti monopoli untuk perusahaan chip Amerika, Qualcomm.

Kemudian, Kementerian Perdagangan China mengatakan mulai 1 Desember, perusahaan asing perlu izin untuk ekspor produk yang mengandung lebih dari 0.1% rare earths dari China atau yang dibuat dengan teknologi produksi China.

"Dengan kata lain, AS bisa memotong pasokan chip untuk China sekarang, tapi China bisa membuat sangat sulit untuk membangun chip dan teknologi masa depan," kata Michael Froman, mantan Perwakilan Dagang AS.