Di CEO Daily hari ini: Diane Brady bicara soal strategi comeback Papa Johns.
Cerita besar: OECD turunin prediksi pertumbuhan global.
Pasar: Turun karena aktivitas pabrik China lemah sama potongan pertumbuhan OECD.
Catatan analis dari Deutsche Bank, Principal Asset Management, dan Convera.
Plus: Semua berita dan obrolan ringan dari Fortune.
Selamat pagi. Papa Johns merk lama di sektor yang sulit. Pendiri John Schnatter mulai bisnis di pizzeria Indiana punya keluarga kolega aku, Kristin Stoller. CEO Todd Penegor pertama kali makan di Michigan State tahun 1987. “Ini merk yang aku suka,” kata Penegor, yang gabung Agustus lalu buat “pulihkan jiwa merk” yang penjualannya turun di AS.
Ketika ukuranmu separuh Pizza Hut dan Domino’s di pasar pizza AS yang kompetitif—rata-rata orang sudah makan 288 potong per tahun—dan tertekan sama aplikasi pihak ketiga, pertanyaannya gimana?
Penegor terinspirasi dari Wendy’s, di mana dia naikin harga saham dua kali lipat selama 8 tahun jadi CEO lewat inovasi, investasi teknologi, fokus ke franchise, dan branding yang berani. Kata Penegor: “Kita bukan raja. Bukan badut. Kita anak perempuan Dave Thomas, Wendy, dan kita bikin suara di Twitter yang agak sarkas biar bisa ledek kompetitor di mana kita punya keunggulan kualitas.” (Ini podcast terbaru sama CEO baru Wendy’s, Kirk Tanner.)
Papa Johns sekarang keliatan lebih berani. Dari garlic bath bombs sampe iklan Meet the Makers bintang TikTok Jacob “Doughtoli” Bartoli, merk ini bikin heboh. Penegor juga coba kejar rival lebih paham teknologi lewat kerjasama Google Cloud untuk layanan AI.
Tapi kuncinya benerin produk utama. “Kalau aku liat label bahan, aku baca 6 kata sederhana,” kata Penegor, bilang label kompetitor punya “banyak kata sulit yang, buat anak dari Michigan, susah dibaca.” Saat hadapi kompetitor kayak Domino’s, sedikit bumbu ga bakal salah.
Lebih banyak berita di bawah.
Hubungi CEO Daily lewat Diane Brady di [email protected]
Cerita ini awalnya muncul di Fortune.com