Minggu lain, pukulan baru untuk pasar modal London. Kali ini giliran Wise, salah satu bintang teknologi terbaik Inggris, yang umumkan akan pindahkan listing utama ke New York.
Keputusan fintech senilai £11 miliar ini bikin Kota London waspada lagi soal jumlah perusahaan yang terdaftar menurun dan fee penasihat di kawasan finansial.
Perusahaan penasihat sekarang “lebih banyak dapat uang dari jual bisnis ketimbang daftarin mereka, ini buruk buat London dalam jangka panjang,” kata Charles Hall, kepala riset di Peel Hunt.
Pengumuman Wise datang beberapa jam setelah Cobalt Holdings, salah satu harapan langka London untuk listing tahun ini, batalkan rencana IPO. Beberapa hari sebelumnya, Indivior, divisi obat opioid yang pisah dari Reckitt tahun 2014, juga umumkan akan pindah listing ke New York.
Tapi kepergian Wise jadi pukulan berat dan memicu pertanyaan besar soal kemampuan London mempertahankan perusahaan teknologi yang tumbuh di Inggris.
Wise, didirikan oleh orang Estonia Kristo Käärman dan Taavet Hinrikus, adalah kesuksesan terbesar dari gelombang perusahaan berbasis online yang go public tahun 2021.
Investor masih trauma dengan IPO-IPO gagal waktu itu, termasuk Deliveroo, yang disebut IPO terburuk dalam sejarah London: sahamnya jatuh dan tak pernah pulih. Deliveroo juga akan tinggalkan Bursa Efek London setelah terima tawaran akuisisi £2,9 miliar dari DoorDash bulan lalu.
Mayoritas perusahaan yang IPO tahun 2021 nilai nya anjlok, sementara dua—Made.com dan In The Style—akhirnya bangkrut.
Sebaliknya, valuasi Wise naik seperlima sejak IPO. Karena itu, satu penasihat kota bilang Wise engga bisa protes soal selisih valuasi antara London dan New York. Mereka juga tak bisa pakai alasan—seperti yang dipakai Ferguson atau Flutter—bahwa sebagian besar pendapatannya dari luar negeri karena cuma seperlima bisnisnya di AS.
Lebih mengecewakan, Wise sempat eksplorasi pindah ke indeks FTSE 100, di mana mereka bisa dapat likuiditas lebih besar dari dana pasif. Tapi alih-alih, mereka pilih New York, di mana struktur saham ganda bisa tetap selamanya, tidak seperti di London yang batasnya lima tahun.
Keputusan ini datang kurang dari setahun setelah reformasi pemerintah—termasuk soal struktur saham ganda—yang seharusnya dorong perusahaan untuk tetap di Inggris.
“Wise jadi alarm untuk pemerintah,” kata Hall dari Peel Hunt. “Mereka pilih IPO di sini, hampir masuk FTSE, tapi akhirnya memilih pergi.”
Ini bukti bahwa 2025 tak akan balikkan kinerja buruk London di 2024, tahun terburuk untuk kepergian perusahaan sejak krisis finansial. Total 88 perusahaan hapus listing atau pindah dari pasar utama London, dan cuma 18 yang gantikan.
Tahun ini saja, Unilever pilih Amsterdam untuk listing unit es krimnya, dan bank digital Shawbrook tunda rencana IPO sambil cari opsi lain. Listing Shein senilai £50 miliar yang diharap jadi blockbuster London tahun ini juga semakin tidak mungkin.
Dua penasihat kota bilang Bursa Efek New York punya tim lebih besar khusus tarik perusahaan luar dibanding Bursa Efek London, yang fokus pada perusahaan lokal. LSE menolak berkomentar.
“Kepergian Wise harus bikin pemerintah sadar perlu tindakan sekarang, bukan setelah konsultasi panjang, untuk dorong perusahaan tumbuh, IPO, dan tetap di Inggris,” kata karyawan senior di perusahaan yang mungkin IPO di London.
Menurut riset AJ Bell, di tiga bulan pertama tahun ini, akuisisi perusahaan Inggris lebih banyak tiga kali lipat dari IPO. Sejauh ini, cuma tujuh perusahaan kecil hingga menengah—termasuk MHA dan Achilles Investments—yang IPO, dengan total dana £176,18 juta.
Sementara itu, perusahaan besar yang pergi termasuk Darktrace dan Hargreaves Lansdown, keduanya diambil alih oleh firma ekuitas swasta.
“Akuisisi datang bertubi-tubi sementara IPO tetap langka,” kata Russ Mould, analis di AJ Bell.
Ini pengaruhi tidak cuma status London dan kemampuan pemerintah kumpulkan pajak, tapi juga ekosistem perusahaan dan penasihat di kawasan finansial.
“Sekarang jelas lebih sedikit IPO dan itu pasti pengaruhi total fee di bidang itu. Kelangkaan juga bisa bikin tekanan fee di situasi tertentu,” kata Simon Nicholls dari Slaughter and May.
Tekanan semakin besar. Awal bulan ini, Moelis beri tahu banker pasar modal di London setelah sedikitnya transaksi. Pemotongan ini tambah daftar peringatan serupa di RBC dan tim pasar modal HSBC yang menyusut.
“Kami sekarang lebih banyak kerjakan transaksi take-private di London—yang hapus perusahaan dari pasar—daripada IPO—yang tambah perusahaan—tapi ini juga terjadi di pasar Eropa dan AS lainnya,” kata Julian Pritchard dari Freshfields.
Tapi dia tambah masih ada calon IPO yang tunggu pasar lebih stabil untuk pulihkan kepercayaan.
Banker sekarang taruh harapan pada rencana IPO Monzo, Ebury, Zopa, ClearScore, dan Zilch, meski beberapa mungkin mundur ke tahun depan atau lebih.
Mark Austin dari Latham & Watkins, bagian dari Kelompok Tokoh Kota yang dorong reformasi pasar Inggris, yakin London tetap tujuan paling menarik di Eropa untuk listing.
“Wise bukan cela untuk pasar modal London karena valuasinya fair dan lebih tinggi dari IPO dan saham teknologi lain.” Austin pikir London harus lebih jauh lagi dengan reformasi dan buat struktur saham ganda permanen, bukan batas 10 tahun untuk pendiri.
FCA, yang bertugas susun aturan listing, menolak berkomentar.
Rekomendasi
Austin bukan satu-satunya yang ingin pemerintah lebih cepat. Ada juga kampanye lama untuk hapus pajak saham agar lebih banyak kepemilikan domestik, meski pemerintah butuh miliaran pound dari pajak itu.
Kementerian Keuangan bilang dalam pernyataan: “Inggris adalah pusat investasi terbaik di Eropa, dan dengan reformasi aturan listing serta buka bursa untuk perusahaan swasta, kami dorong reformasi untuk bikin Inggris tempat terbaik untuk bisnis mulai, tumbuh, dan IPO.”
Simon French dari Panmure Liberum minta pemerintah “lancarkan jalan untuk perusahaan” dengan kasih insentif pajak sama untuk listing di pasar utama seperti di AIM, pasar kecil London.
Hall bilang: “Kita tak harus tunggu kehilangan perusahaan top 10 FTSE baru pemerintah bangun dan bertindak.”