Suku bunga KPR masih hampir 7% dan harga rumah 55% lebih tinggi dibanding awal 2020, menurut indeks Case-Shiller. Stok perumahan naik dikit, tapi tdk cukup, kata laporan Mei dari Asosiasi Realtor. Analis Oxford Economics bilang pasar properti akan makin buruk tahun ini.
“Persediaan rumah bekas hampir sama sblm pandemi. Tapi harga mahal, suku bunga tinggi, dan kekhawatiran soal kerja bikin pembeli tunggu dulu,” tulis Matthew Martin dari Oxford Economics. “Pasar rumah baru jg sulit, developer kasih diskon biar barang cepat laku.”
Penjual juga susah naikin harga. Kalo gak dapet harga yg diinginkan, mereka tarik rumah dari pasar. Developer punya masalah lain: biaya produksi naik krn tarif dan kurang pekerja imigran.
Analis Daiwa Capital Markets bilang, “Kurangnya stok lama-lama bikin harga mahal dan penjualan lambat. Situasi baru membaik kalo bunga KPR/harga rumah turun.”
Ekonom National Association of Realtors, Lawrence Yun, bilang, “Pembangunan rumah ketinggalan pertambahan penduduk. Ini bikin pemula susah beli rumah pertama.”
Tapi Oxford Economics prediksi ada hikmah kecil: pertumbuhan harga rumah akan melambat krn permintaan lemah. “Ini bisa bantu penjualan,” kata Martin, “tapi tetap tergantung lapangan kerja.”
Meski pasar properti lesu, Oxford Economics yakin AS akan hindari resesi tahun ini. The Fed mungkin baru turunin bunga besar-besaran di awal 2026.