Di tahun 2025, bos-bos masih mencoba mencari kebijakan RTO terbaik. Meski ada penolakan dari karyawan, pemimpin bisnis meminta pekerja kembali ke kantor, baik untuk produktivitas, pengelolaan biaya, atau tanpa alasan jelas.
Beberapa perusahaan, seperti BNY, pakai data untuk bantu ambil keputusan. Awalnya mereka terapkan kebijakan kerja di kantor tiga hari, tapi setelah teliti produktivitas karyawan, mereka naikkan jadi empat hari.
“Kami lengkapi [kembali-ke-kantor] dengan manfaat lain, misalnya dua minggu ‘kerja dari mana saja’,” kata Alejandro Perez, pejabat admin utama BNY, di Fortune COO Summit 2025. Perusahaan juga tetapkan dua minggu di akhir tahun sebagai “masa isi ulang”, di mana manajer dan karyawan fokus hanya pada bisnis penting dan hindari rapat. “Orang-orang dapat waktu lebih buat istirahat, di rumah, dan siapkan diri untuk tahun depan,” ujarnya.
Anne Raimondi, COO dan kepala bisnis Asana, tekankan pentingnya data untuk tentukan kebijakan kantor. Walau Asana adalah platform untuk kerja asinkron, perusahaan lebih suka pakai model hybrid “berpusat di kantor”. “Terutama buat insinyur dan tim sales pemula, kolaborasi langsung adalah cara terbaik untuk belajar dan bangun hubungan lintas fungsi,” jelasnya.
Karyawan di seluruh dunia masuk kantor di tiga hari yang sama: Senin, Selasa, dan Kamis. Tapi Asana juga punya “Rabu tanpa rapat” agar jadwal lebih fleksibel. Meski ada kewajiban kantor, pemimpin bisa buat opsi fleksibel, kata Raimondi. Salah satunya izinkan karyawan atur kalender sendiri, apalagi banyak yang masuk generasi [“sandwich”](https://fortune.com/article/millennials-most-burnt-out-generation-more-than-gen-z/?utm_source=search&utm_medium=suggested_search&utm_campaign=search_link_clicks) yang urus anak kecil dan orang tua.
“Walau kami berpusat di kantor, kami juga ingin perlakukan karyawan sebagai orang dewasa.”
Cerita ini awalnya muncul di [Fortune.com](https://fortune.com/2025/06/12/bny-asana-rto-policies-with-increasing-flexibility/)