Menjaga Keseimbangan Antusiasme dan Kekhawatiran CIO Akamai terhadap Teknologi AI

Kate Prouty, seorang Chief Information Officer di Akamai Technologies, bilang kalo para pekerja di perusahaan cybersecurity dan cloud computing ini sangat tertarik dengan AI. Mereka percaya banget, orang yang punya keahlian AI lebih baik akan punya keuntungan.

"Permintaan untuk AI itu sangat besar, diluar kendali," kata Prouty. "Rasanya seperti tsunami. Semua orang merasa mereka butuh AI."

Semangat ini membuat Akamai lebih mudah untuk mengadopsi alat AI baru, tapi juga bisa menyebabkan tantangan untuk para pemimpin seperti Prouty. Dia bertanggung jawab untuk menilai, menguji, dan menggunakan alat AI baru untuk lebih dari 9.000 karyawan di seluruh dunia.

Setelah AI generatif mulai terkenal akhir tahun 2022, Akamai punya strategi "seribu bunga bermekaran". Perusahaan membuat infrastruktur internal yang aman untuk karyawan mencoba AI. Awalnya, ini untuk eksperimen saja, bukan untuk produksi penuh. Tapi, hanya sampai titik tertentu.

"Saya sebagai CIO rasa tidak masuk akal kalo banyak orang di ekosistem Akamai cuma membuat AI dan copilot," jelas Prouty, yang sudah 26 tahun bekerja di Akamai.

Sekarang, Prouty lebih suka pendekatan yang terpusat. Dia percaya kebanyakan penggunaan AI generatif untuk Akamai akan datang dari vendor perusahaan, seperti Cisco, Salesforce, dan Google. Timnya menghabiskan banyak waktu dengan vendor-vendor AI untuk memahami teknologi dan rencana inovasi mereka.

Ketika Akamai memutuskan untuk menggunakan fitur AI, mereka melakukannya dengan sangat hati-hati. "Kami mencoba vendor dalam skala pilot kecil, untuk mengerti apa yang mereka tawarkan dan manfaatnya," kata Prouty. Dia masih khawatir dengan teknologi AI yang belum matang dan struktur biaya dari beberapa vendor yang tidak jelas.

Setiap kali ada pilot AI, Akamai buat saluran chat tim di Webex supaya orang bisa berbagi pengalaman, yang berhasil atau tidak.

MEMBACA  Kemendikti Saintek Percepat Hilirisasi Riset, Kolaborasi dengan Kampus, Industri, dan Pemda

Github Copilot sudah digunakan oleh para insinyur software dengan cara "controlled release". Kadang, proyek yang biasanya butuh minggu bisa selesai dalam jam. Tapi kadang, kode yang ditulis AI tidak masuk akal dan butuh perbaikan. "Ada kurva pembelajaran," kata Prouty.

Ada juga keinginan internal untuk mencoba asisten coding AI lain, seperti Cursor dan Anthropic’s Claude. Tapi sebelum menyetujui, Prouty ingin memastikan ada manfaat produktivitas yang jelas dan bisa diukur.

"Saya masih lihat teknologinya belum cukup sempurna," kata Prouty. Pekerja masih sering menemui halangan saat pakai alat AI baru, dan ketika dikeluhkan ke vendor, jawabannya sering, ‘Oh iya, itu akan ada di rilis berikutnya.’"

Untuk beberapa kasus terbatas, Akamai lihat keuntungan kompetitif dengan membuat alat AI sendiri. Misalnya, mereka kerja sama dengan startup AI Prancis, Dataiku, untuk buat chatbot untuk tim penjualan.

Dan walaupun tahun 2025 disebut "tahunnya agen AI", Akamai belum mau mencoba agentic AI. "Saya tidak yakin teknologinya sudah siap," kata Prouty.

Tapi walaupun departemen IT punya kontrol lebih besar atas strategi AI Akamai, Prouty bilang dia mendukung kebijakan pintu terbuka untuk ide-ide AI baru.

"Ayo kita dukung, jangan halangi," kata Prouty. "Bawakan use case kalian. Kami akan bantu dengan cara yang aman. Tapi kami akan beri kontrol biaya."