Mengapa tembaga lolos dari tarif AS sedangkan aluminium tidak?

Oleh Pratima Desai

LONDON (Reuters) – Keputusan AS minggu lalu untuk membebaskan tembaga olahan dari bea impi sangat beda dengan langkah sebelumnya yang mengenakan pajak tinggi pada aluminium. Ini menunjukkan pentingnya biaya listrik dan pengaruh lobi dalam kebijakan AS.

AS mengejutkan pasar tembaga dengan keputusan hanya mengenakan pajak pada produk setengah jadi seperti kabel, pipa, dan lembaran. Harga tembaga di Comex turun lebih dari 20% sejak pengumuman itu di hari Rabu.

Sejak Juni, aluminium yang dikirim ke AS—di mana pabrik peleburan menghadapi tagihan listrik lebih tinggi dibanding produsen tembaga—kena tarif 50%.

Pajak pada produksi logam adalah bagian dari upaya AS untuk menghidupkan kembali kapasitas peleburan dalam negeri dan kurangi ketergantungan pada impor.

Produsen aluminium AS, Century Aluminum, sangat mendukung tarif ini. Mereka bilang ini penting untuk melindungi sisa industri peleburan aluminium di AS.

"Century Aluminum Company apresiasi Presiden Trump yang tegas mempertahankan produksi logam penting dalam negeri dengan menaikkan tarif aluminium jadi 50%," kata perusahaan itu dalam rilis Juni.

Pembebasan untuk tembaga olahan mencerminkan pentingnya bagi manufaktur AS dan pengaruh industri, termasuk produsen besar Freeport-McMoRan. Awal tahun ini, mereka bilang perang dagang global bisa ganggu produksi tembaga AS.

"Perang dagang global bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi," kata Freeport dalam tanggapannya ke pemerintah AS soal penyelidikan tarif impor tembaga.

"Pertumbuhan yang lambat di AS atau global akan pengaruhi harga tembaga, yang bisa ancam keberlanjutan industri tembaga domestik karena biayanya tinggi."

Alasan tarif impor aluminium AS termasuk proporsi biaya listrik dalam peleburan. Menurut perkiraan Macquarie, biaya listrik untuk produksi aluminium primer dan tembaga masing-masing 50% dan 30%.

MEMBACA  GXO Logistics (GXO): Teori Kasus Bullish

"Tidak ada alasan ekonomi untuk membangun pabrik peleburan aluminium baru tanpa intervensi besar. Bahkan dengan intervensi, mungkin tidak cukup," kata analis Macquarie, Marcus Garvey.

Analis bilang salah satu kesulitan besar bagi investor potensial di industri peleburan aluminium AS adalah mendapatkan kesepakatan pembelian listrik jangka panjang dengan harga bersaing. Biaya listrik di AS lebih tinggi dibanding negara produsen lain seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan produsen terbesar dunia, China.

Biaya listrik adalah alasan utama kenapa hanya ada empat pabrik peleburan aluminium aktif di AS, turun dari 23 di tahun 1995.

Menurut U.S. Geological Survey, AS memproduksi 3,35 juta metrik ton aluminium primer di tahun 1995, 1,6 juta ton di 2015, dan 670.000 ton tahun lalu.

(Pelaporan oleh Pratima Desai; disunting oleh Barbara Lewis)