Sekarang, hampir semua perushaan di dunia pakai atau investasi di AI. Keuntungan AI—seperti otomatisasi kerja, efisiensi, dan selesaikan masalah rumit—buat Wall Street sangat tertarik.
Tapi yang bikin Silicon Valley heboh bukan cuma AI, tapi superintelligence. Karena itu, perusahaan besar seperti Meta milik Mark Zuckerberg dan OpenAI milik Sam Altman berebut talenta AI. Mereka pengen jadi yang pertama bikin kecerdasan yang "jauh lebih pintar dari manusia di semua bidang," kata peneliti Oxford Nick Bostrom di bukunya Superintelligence.
Eric Schmidt, mantan CEO Google, bilang di LinkedIn: "Superintelligence lebih pintar dari gabungan semua manusia. Dalam 5 tahun, AI spesialis akan ada di setiap bidang. Bayangkan dampaknya bagi masyarakat."
Di podcast Moonshots, Schmidt juga bahas tantangan terbesar AI: bukan uang atau chip, tapi listrik! "AS butuh tambahan 92 gigawatt untuk dukung AI. Satu gigawatt setara satu pembangkit nuklir, tapi hampir tidak ada pembangkit baru dibangun," katanya.
Perusahaan seperti Microsoft bahkan hidupkan lagi pembangkit tua untuk pasok energi AI. Tapi AI boros sumber daya: Microsoft pakai 1,7 miliar galon air di 2022—naik 34% dari 2021—kebanyakan untuk AI. Prediksi tahun 2027, AI bisa pakai air cukup untuk isi 2,6 juta kolam renang Olimpiade!
Sam Altman bilang inovasi energi penting untuk masa depan AI. Microsoft dan AMD minta pemerintah AS percepat izin pembangkit listrik biar grid listrik tidak kelebihan beban. Tapi kritikus seperti Greenpeace khawatir AI bisa gagalkan target iklim.
"Kita enggak tau apa yang AI dan superintelligence akan bawa, tapi pasti datang cepat. Kita harus siapkan energi untuk hadapi tantangan ini," kata Schmidt. Lihat diskusi lengkapnya di sini.
(Note: Contains 1 typo—"perushaan" instead of "perusahaan")