Lembaga Keuangan dari Stripe hingga Circle Membangun Blockchain Sendiri—Ini Alasannya

Membangun blockchain sekarang jadi tren di fintech. Pertukaran kripto AS, Coinbase, punya satu. Broker online Robinhood umumkan rencana luncurkan blockchainnya Juni lalu, kompetitornya eToro juga pertimbangkan hal serupa. Sekarang, raksasa fintech Stripe dan penerbit stablecoin Circle ikutan.

Stripe sedang kembangkan blockchain fokus pembayaran bernama Tempo, kata sumber dalam dan lowongan kerja yang sudah dihapus. Circle bilang mereka bikin blockchain Arc untuk stablecoin, yaitu kripto yang nilainya terikat aset seperti dolar AS.

Tiba-tiba banyak perusahaan besar—terutama Stripe dan Circle—jadi pengembang blockchain. Kenapa?

‘Menguasai semua lapisan’

Menurut dua eksekutif stablecoin dan satu investor, Stripe ingin integrasi vertikal. Dengan akuisisi startup stablecoin Bridge senilai $1,1 miliar, Stripe dapat stablecoin dan jaringan pembayaran. Setelah beli Privy (dompet kripto), mereka bisa kasih pengguna akun simpan stablecoin. Dengan tambah blockchain, Stripe bisa bikin ekosistem stablecoin lengkap.

“Perusahaan besar ingin kuasai semua lapisan,” kata Rob Hadick dari Dragonfly, yang sering investasi di startup stablecoin.

Stripe yakin stablecoin adalah masa depan pembayaran. Jika volume $1,4 triliun mereka lewat stablecoin, mereka bisa kehilangan jutaan dolar pendapatan.

Blockchain seperti Ethereum atau Solana ibarat AWS-nya kripto. Jaringan server proses transaksi dan dapat fee.

Blockchain Base milik Coinbase, misalnya, sudah hasilkan $130 juta fee sejak 2023, kata DefiLlama.

“Mereka ingin kontrol ekonominya,” ujar Luca Prosperi, CEO M0.

Tapi belum jelas apakah banyaknya stablecoin dan blockchain akan bingungkan konsumen biasa.

Bertahan vs. Menyerang

Circle punya motivasi mirip. Perusahaan ini punya token USDC dan jaringan pembayaran, tapi belum punya blockchain sendiri untuk proses transaksi dan dapat fee.

“Mereka juga mau kuasai aliran uang,” kata Bam Azizi dari Mesh soal Circle.

MEMBACA  Saham teknologi turun setelah Nvidia mengungkapkan dampak dari pembatasan penjualan ke China oleh AS.

Tapi Stripe dan Circle beda. Stripe udah besar dan pendapatannya beragam, termasuk $500 juta per tahun dari Stripe Billing. Circle, di sisi lain, 96% pendapatannya di Q2 2025 dari bunga obligasi AS yang jadi cadangan stablecoin mereka. Jika bunga turun, bisnis mereka bisa terancam.

“Kami bangun semua lapisan, dari infrastruktur sampai pembayaran,” kata CEO Circle Jeremy Allaire dalam wawancara dengan The Information.

Tapi ada yang bilang Circle cuma bereaksi. “Circle defensif. Stripe berpikir jauh ke depan soal pembayaran,” kata Hadick dari Dragonfly.

Di Fortune Crypto Playbook, ahli kripto bahas tren terbesar. Dengar atau tonton sekarang.