Bank Sentral AS (The Fed) lagi hadapi tantangan besar. Minggu depan mereka harus putuskan suku bunga, tapi hampir nggak ada data ekonomi yang tersedia.
Pemerintah AS tutup, jadi banyak data resmi nggak keluar, termasuk laporan pekerjaan bulanan. Tapi, Fed juga kehilangan akses ke data swasta penting dari perusahaan ADP. Perusahaan itu berhenti bagi data ke Fed akhir Agustus lalu. Padahal, data itu mencakup 20% tenaga kerja swasta dan berguna banget untuk pantau pasar kerja.
Mantan komisaris BLS, Erica Groshen, bilang ini bisa bikin Fed jadi "terbang buta". Dia khawatir banget soal dampaknya buat kebijakan moneter. Di saat ekonomi lagi rentan, nggak ada data yang bagus bisa bikin Fed salah langkah. Mereka mungkin menaikkan suku bunga terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kerjasama Bertahun-tahun Tiba-tiba Putus
Sejak 2018, ADP selalu kasih data payroll ke Fed secara gratis. Tapi, akses ini dihentikan tak lama setelah seorang pejabat Fed namanya Christopher Waller sebut data ADP dalam pidatonya. Ketua Fed Jerome Powell udah minta ADP buat lanjutin lagi kerjasamanya, tapi ADP diam saja dan nggak mau kasih komentar.
Kata Groshen, ada beberapa kemungkinan kenapa ADP berhenti. Mungkin ada masalah sama datanya, atau mereka takut dilihat klien dan investor karena kasih data gratis. Apapun alasannya, ini nunjukkin kalau hubungan data antara pemerintah dan swasta itu rapuh banget.
Kekosongan Data di Saat Genting
Waktunya nggak bisa lebih buruk lagi. Fed mau rapat minggu depan buat putuskan suku bunga, tapi data resmi nggak ada. Mereka sekarang cuma andalkan data lain seperti laporan pengangguran dari negara bagian dan survei bank. Menurut Groshen, data-data ini berguna tapi nggak lengkap.
Dia ngajakin supaya BLS dikasih dana jangka panjang dari Kongres. Jadi, mereka bisa tetap buka meski pemerintah tutup. Groshen berharap, semua masalah ini bikin semua orang sadar bahwa sistem data statistik kita itu penting banget dan butuh perhatian lebih.