Karyawan Raup Lebih dari $1 Juta dengan Diam-diam Bekerja di Beberapa Pekerjaan Sampingan—Semua Dilakukan dalam 40 Jam Seminggu

Kalau kamu curiga kenapa rekan kerjamu statusnya “away” di Teams atau gak mau nyalain kamera pas meeting, mungkin aja dia kerja dua sekaligus—dan masih masuk waktu kerja normal.

Hal ini jadi viral di media sosial bulan lalu waktu seorang insinyur software ketahuan kerja di beberapa startup Silicon Valley barengan, bikin perusahaan lain cek apakah mereka juga jadi korban tipu-tipu serupa.

Tapi, kerja beberapa job sekaligus—kadang sampe lima—bisa lebih umum dari yang perusahaan kira. Soalnya, kerja remote bikin perusahaan susah ngawasin apa yang karyawan kerjain beneran.

“Kalau pernah kerja di perusahaan Amerika, banyak yang cuma gaya doang, kerjaan beneran dikit,” kata salah satu pekerja yang bicara anonim ke Fortune. Mereka sekarang kerja tiga job, total gajinya Rp725 juta.

Pernah juga sampe lima job sekaligus, dan itu bisa berkat bantuan AI buat bikin email, catat meeting, atau selesain tugas—semua masih dalam jam kerja normal.

“Ini udah kayak game buat gue, berapa banyak job bisa dikerjain tapi tetep waras?” kata mereka.

Kerja banyak emang untung. Pas lagi lima job, penghasilan mereka lebih dari Rp1 miliar setahun.

“Gue gak loyal sama perusahaan sama sekali,” tambah mereka.

Gak nyesel ambil kerjaan orang lain

Fortune juga bicara sama pekerja lain yang sekarang kerja dua job di industri teknologi kesehatan. Meski kerja full-time dengan gaji total Rp250 juta, mereka masih bisa selesain semua dalam 40 jam seminggu. Mereka juga gak khawatir mengambil kesempatan kerja dari orang lain yang lagi susah cari kerja.

“Mereka bayar gue buat keahlian, bukan buat jam kerja,” kata mereka ke Fortune.

Meski kerja ganda bisa bikin ragu waktu masukin riwayat kerja di CV, mereka akan tulis yang paling bagus aja. Tapi di industri teknologi kesehatan, permintaan talenta masih tinggi jadi jarang ditanya.

MEMBACA  Mengapa pentingnya sumber terbuka untuk memastikan persaingan dalam AI

“Gue gak pernah cari kerja, kerjaan yang datengin gue,” kata mereka. “Jujur, udah lupa kapan terakhir apply kerja. Dari 2017, gue udah ganti empat posisi.”

Malah, mereka dapet banyak tawaran dari perusahaan yang berebut talenta, jadi memungkinkan kerja banyak sekaligus.

Tapi meski legal, Lewis Maleh, CEO agen rekrutmen Bentley Lewis, gak sarankan orang ikutin kebiasaan ini.

“Kalau kerja full-time dan dibayar sebagaimana mestinya, jangan ambil job full-time lain kecuali perusahaan setuju,” kata Maleh. “Menurut gue ini gak etis dan bisa kena konsekuensi nanti. Kalau cuma part-time, ya beda cerita.”

Tren yang mungkin gak lama-lama

Meski kerja remote bikin kerja ganda lebih gampang, beberapa orang di komunitas overemployed di Reddit bilang bisa kerja diam-diam di kantor lain. Tapi umumnya, kerja remote masih jadi faktor utama.

Meski banyak perusahaan kayak JPMorgan Chase minta karyawan balik ke kantor, kerja remote masih umum. Data Departemen Tenaga Kerja AS tahun 2024 nunjukin 33% pekerja masih kerja dari rumah, turun dikit dari 35% di 2023.

Jerry Jacobs, profesor sosiologi di Universitas Pennsylvania, kaget kerja remote masih bertahan. Tapi sekarang bos-bos udah mulai lebih jago ukur produktivitas karyawan.

“Semakin lama kerja remote bertahan, orang akan terbiasa,” kata Jacobs. “Dan lama-lama, manajemen juga bakal makin mahir ngatur ini.”

Dia gak yakin kerja ganda bakal terus jadi tren—ini cuma eksperimen sementara.

“Susah meyakinkan di job pertama kalau lo bener kerja, kalau waktu dan energi lo lebih banyak di job kedua,” jelasnya.

Lonnie Golden, profesor ekonomi di Penn State, juga bilang kerja ganda bisa berkembang, tapi belum jelas bakal jadi apa.

MEMBACA  Macron Prancis Siap Tekan Xi dalam Pertemuan Mengenai Perdagangan, Ukraina

“Pertanyaannya, apakah etika, produktivitas, aturan bakal bisa mengejar tren ini?”