Saham naik sejak penjualan besar minggu lalu tetapi masih ada alasan untuk berhati-hati, kata Barry Bannister dari Stifel.
Bannister mengatakan target inflasi 2% Fed “hanya impian belaka” dengan harapan pemulihan di sektor perumahan.
Dia mengulang perkiraannya untuk koreksi pasar 10% untuk mendorong S&P 500 ke 5.000 pada bulan Oktober.
Mungkin menggoda untuk kembali memasuki pasar saham saat saham mengalami kebangkitan setelah penurunan besar minggu lalu, tetapi investor harus berjalan dengan hati-hati.
Jika ekonomi terus melambat dan akhirnya masuk ke dalam resesi, pasar beruang akan segera terjadi karena inflasi tetap tinggi, kata Barry Bannister, strategist utama Stifel, dalam wawancara Selasa di CNBC.
“Lucu, ada Goldilocks dan tiga beruang, dan saya pikir pasar tidak hanya percaya pada Goldilocks, tetapi juga mengira tiga beruang adalah spesies yang punah,” kata Bannister.
Bannister telah berhati-hati terhadap saham musim panas ini dan sebelumnya telah memperkirakan koreksi tajam dari valuasi yang sangat tinggi. Dia mendukung prediksinya akan koreksi pasar 10% untuk mendorong S&P 500 ke 5.000 pada bulan Oktober, mencatat bahwa saham pada level tersebut masih akan cukup mahal.
Dia menunjuk terutama pada inflasi sebagai pemicu penurunan lebih lanjut, karena inflasi tersebut “sedikit lebih lengket dari yang orang perkirakan.”
Meskipun Federal Reserve menargetkan PCE sebesar 2,8%, Bannister mengharapkan bank sentral akan membidik lebih dekat dengan 3% pada kuartal keempat akibat inflasi perumahan yang persisten.
Dengan pasar yang melihat pemotongan suku bunga September sebagai hampir pasti, Bannister mengatakan pasti akan ada pemulihan besar dalam inflasi perumahan pada tahun 2025, yang akan menyebabkan tekanan harga lebih lanjut.
Faktor-faktor tersebut berarti target Fed untuk inflasi 2% “hanya impian belaka,” katanya.
“Lantai sekarang terlihat seperti apa yang menjadi langit-langit dalam 20 tahun sebelum Covid untuk inflasi. Dan itu adalah titik luncur untuk pergerakan yang lebih tinggi nanti dengan ekonomi yang lebih kuat di pertengahan dua puluh,” katanya.
Data GDP, konsumsi, investasi aset tetap dan ekspor bersih yang lemah yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini juga tidak membawa berita baik bagi ekonomi, tambah Bannister.
“Pialang suka pasar bullish, itu menjual saham,” katanya. Tetapi “pasar secara alami menderita depresi manik,” dan itu “berayun dari satu ekstrim ke yang lain,” tambahnya.
Baca artikel asli di Business Insider