Saham di Wall Street tutup lebih rendah hari Senin saat Gedung Putih menekan mitra dagang utama buat buat kesepakatan sebelum tarif hukuman dari AS berlaku.
Indeks S&P 500 turun 0,8%, penurunan terbesar sejak pertengahan Juni. Tapi, indeks itu masih dekat dengan rekor tertingginya minggu lalu.
Dow Jones Industrial Average juga turun 0,9%. Nasdaq komposit tutup 0,9% lebih rendah, tidak terlalu jauh dari rekor tingginya sendiri.
Penurunan terjadi di banyak sektor. Saham yang turun lebih banyak daripada yang naik, hampir 4 banding 1 di Bursa Efek New York.
Tesla anjlok 6,8%, penurunan terbesar di antara saham S&P 500, karena perselisihan antara CEO Elon Musk dan Presiden Donald Trump kembali memanas akhir pekan ini. Musk, yang dulu pendukung besar Trump, bilang akan bikin partai politik ketiga sebagai protes atas RUU belanja Partai Republik yang disetujui minggu lalu.
Penjualan makin cepat setelah pemerintahan Trump merilis surat ke Jepang dan Korea Selatan bahwa barang mereka akan dikenakan tarif 25% mulai 1 Agustus, karena ketidakseimbangan dagang dengan kedua sekutu penting AS di Asia itu.
"Kalau kamu naikkan tarifmu, berapa pun jumlahnya, itu akan ditambah ke tarif 25% dari kami," tulis Trump dalam surat ke PM Jepang Shigeru Ishiba dan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung.
Trump juga umumkan tarif baru untuk Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Laos, dan Myanmar.
Sebelum tarif besar AS untuk impor dari hampir semua negara mulai berlaku April lalu, Trump tunda selama 90 hari, berharap pemerintah asing lebih mau buat kesepakatan dagang baru. Periode negosiasi 90 hari itu hampir berakhir sebelum Rabu ini.
Minggu lalu, Trump bilang akan kenakan tarif tambahan 10% untuk blok BRICS, yang telah kecam kenaikan tarif di KTT mereka di Brasil. Selain Brasil, BRICS termasuk Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Fase terbaru perang dagang ini meningkatkan ancaman tarif lebih berat yang bisa membayangi ekonomi global. Tarif tinggi untuk impor bisa hambat pertumbuhan ekonomi, bahkan tingkatkan risiko resesi.
"Topik ini kembali jadi fokus setelah pekan kuat minggu lalu, bikin pasar sedikit berhenti," kata Bill Northey, direktur investasi senior di U.S. Bank Asset Management.
Menurut analis Nomura, prospek jangka pendek tergantung pada beberapa faktor, seperti seberapa banyak mitra dagang yang kena surat Trump, tingkat tarif, dan tanggal berlakunya.
Kisah Berlanjut
Minggu lalu, pemerintahan Trump umumkan kesepakatan dengan Vietnam yang memungkinkan barang AS masuk tanpa bea, sementara ekspor Vietnam ke AS kena tarif 20%. Itu turun dari tarif 46% yang diusulkan April lalu.
"Kesepakatan dengan Vietnam mungkin jadi contoh untuk negara serupa di kawasan yang ekonominya tergantung pada defisit dagang besar dengan AS," kata Jason Pride dari Glenmede.
Penurunan pasar Senin terjadi di hari pertama perdagangan AS setelah pekan cuti.
Hampir semua sektor di indeks S&P 500 tutup merah, dengan saham teknologi, keuangan, dan konsumen antara yang paling tertekan.
Apple turun 1,7%, JPMorgan Chase turun 1,4%, dan Home Depot turun 1,1%.
Molina Healthcare jatuh 2,9% setelah asuransi itu turunkan panduan laba karena biaya yang naik cepat. UnitedHealth Group baru-baru ini juga laporkan lonjakan biaya yang memaksa mereka potong perkiraan, bikin sahamnya anjlok April lalu.
Di berita akuisisi, perusahaan perangkat lunak CoreWeave setuju beli perusahaan tambang kripto Core Scientific dengan transaksi saham senilai $9 miliar. Saham CoreScientific jatuh 17,6%, sementara CoreWeave turun 3,3%.
Imbal hasil obligasi umumnya naik. Imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik jadi 4,39% dari 4,34% akhir Kamis lalu.
Awal pekan yang lesu ini mengikuti pekan kuat saham, yang minggu lalu terus sentuh rekor tertinggi setelah laporan pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.
Secara total, S&P 500 turun 49,37 poin ke 6.229,98. Dow kehilangan 422,17 poin ke 44.406,36, dan Nasdaq turun 188,59 poin ke 20.412,52.
Indeks saham Eropa umumnya naik. Pasar Asia kebanyakan tutup lebih rendah.
Harga minyak naik-turun setelah OPEC+ setuju Sabtu lalu naikkan produksi Agustus sebanyak 548.000 barel per hari.
Minyak mentah AS naik 1,4% jadi $67,93 per barel, sementara Brent crude, standar internasional, naik 1,9% ke $69,58 per barel.
Pekan ini relatif sepi data ekonomi. Rabu besok, Federal Reserve akan rilis notulen rapat komite kebijakan bulan lalu.
Ketua Fed Jerome Powell terus bilang bank sentral mau tunggu dan lihat dampak tarif Trump pada ekonomi dan inflasi sebelum ambil langkah berikutnya soal suku bunga. Tarif rendah bisa dorong ekonomi dengan buat pinjaman lebih mudah, tapi juga bisa picu inflasi. Itu bisa berbahaya kalau tarif Trump bikin inflasi naik.