Ini yang Salah Dipahami Para Peramal Buruk tentang Pasar Tenaga Kerja, Menurut Veteran Wall Street

Mimpi Wall Street ttg ekonomi yg kuat dan tdk terpengaruh perang dagang Presiden Donald Trump mungkin udah hancur, tapi pakar pasar Ed Yardeni tetap liat sisi positif dr laporan pekerjaan yg sebenarnya buruk.

Ini terjadi krn jumlah pekerja cuma nambah 73.000 bulan lalu, jauh di bawah prediksi 100.000. Data Mei direvisi turun dr 144.000 ke 19.000, dan Juni turun dr 147.000 ke 14.000. Artinya, rata2 penambahan pekerja 3 bulan terakhir cuma 35.000.

Meski Yardeni bilang laporan ini mengejutkan, dia tetap yakin pasar tenaga kerja masih kuat.

“Susah cari hal positif dr berita ini, tapi bukan buat kami!” tulisnya.

Yardeni tunjukkan peningkatan jam kerja dan upah di sektor swasta yg tetap solid. Dia jg bilang perlambatan penambahan pekerja mungkin krn kurangnya pekerja, bukan krn permintaan turun.

Pasokan pekerja berhenti tumbuh beberapa bulan terakhir gara2 kebijakan imigrasi Trump. Tapi, permintaan tenaga kerja masih mengikuti tren ini, yg menurut Yardeni fenomena tidak biasa.

Sementara itu, ekonom JPMorgan anggap data pekerjaan ini tanda permintaan pekerja melemah. Mereka abaikan kenaikan upah dan jam kerja, dan sebut perekrutan di sektor swasta cuma 52.000 rata2 3 bulan terakhir.

“Penurunan permintaan tenaga kerja sebesar ini biasany tanda resesi,” kata JPMorgan.

Bank of America bilang guncangan permintaan pekerja seharusnya bikin upah dan jam kerja turun, tapi itu tdk terjadi. Mereka pikir ini lebih ke masalah pasokan.

Meski perekrutan melambat, belum ada tanda2 PHK besar2an dan tingkat pengangguran stabil di 4%-4.2% lebih dr setahun.

Ekonomi diperkirakan tetap tumbuh, tp melambat jadi 2.1% di kuartal ketiga dr 3% di kuartal sebelumnya.

Pertanyaan pasokan vs permintaan bisa pengaruhi respons Federal Reserve. Wall Street berharap Fed akan turunkan suku bunga.

MEMBACA  'Komet Setan' Siap Bersinar Bersama Gerhana Matahari Total untuk Tampilan April yang Unik

JPMorgan bilang data terbaru menunjukkan Fed mungkin mulai turunkan suku bunga, sementara BofA dan Yardeni masih percaya Fed tdk akan turunkan suku bunga tahun ini.

“Kami perkirakan inflasi akan naik karena tarif Trump, dan pasar tenaga kerja akan membaik,” kata Yardeni.