Getty Images; Alyssa Powell/BI
Industri kecil yang berkembang pesat muncul karena fenomena pedagang retail. Banyak kursus, retreat, pelatihan, dan layanan lain tumbuh karena trader harian mencari keuntungan di pasar.
Orang di industri ini bilang trader bosan, ingin jadi lebih baik, atau pengen kerja full-time di trading.
Di suatu tempat di Bali, sekelompok investor—kebanyakan pria—masuk ke villa mewah dengan pondok tiki dan sofa di kolam renang. Ini bukan liburan biasa, kata mereka. Tujuannya adalah untuk dapat banyak uang, kata Aaron Luce, pemimpin retreat selama seminggu untuk day traders.
"Tempat kolamnya bagus banget. Kita bakal santai seminggu sambil dapat untung besar dari trading," kata Luce di video YouTube yang menunjukkan aktivitas trader lihat grafik candlestick, istirahat, dan lompat ke kolam.
Retreat seperti ini termasuk fenomena baru, ditawarkan ke trader yang cari keunggulan di pasar saham sejak pandemi.
Industri ini berkembang pesat karena banyak orang tertarik sama stock trading. Media sosial penuh dengan bisnis yang tawarkan kursus, retreat, pelatihan, dan layanan lain yang klaim bisa bantu trader untung.
Permintaan naik banyak—karena trader pengen full-time, pengen lebih baik, atau cuma bosan, kata sumber ke Business Insider.
Industri ini diperkirakan bernilai $1,68 miliar tahun 2024 dan bisa tumbuh 11% per tahun sampai $3,92 miliar di 2033. Analisis lain bilang nilai pasar $2,5 miliar tahun 2023 dan bisa naik jadi $5,8 miliar di 2032.
Pencarian Google soal "Kursus trading" naik 10% setahun terakhir. "Retreat trading" dan "Pelatih trading" naik 26% dan 69%, sementara "Terapis trading" melonjak 263%.
Di Coursera, pendaftaran kursus trading online naik 213% dalam 5 tahun terakhir. Platform trading Webull juga lihat pengguna platform belajarnya tumbuh 37% dalam 3 tahun.
Cerita Lanjut
International Day Trading Academy (IDTA), sekolah trading yang tawarkan kursus dan retreat 8 hari di Bali, bilang minat naik 3-4 kali lipat tahun lalu, kata Kelly Lowry, manajer umum.
Andrew Menaker, psikolog dan pelatih trading, bilang banyak trader retail pengen dapat mindset yang tepat. Permintaan untuk layanan konsultasinya naik dua kali lipat tahun lalu, dan daftar tunggunya bisa sampai beberapa minggu atau bulan.
Beberapa kliennya rela habiskan lebih dari $10.000 untuk alat seperti indikator, paket grafik, dan kursus online. Ada juga yang beli cold plunge, alat biofeedback jantung, alat gelombang otak, bahkan psychedelics.
Menaker skeptis dengan beberapa bisnis yang target trader pemula. "Ini lingkungan ‘hati-hati bagi pembeli’," katanya.
Trading harian susah dapat untung. Studi tahun 2020 temukan 97% trader yang bertahan lebih dari 300 hari rugi. Hanya 1% untung, dan kecil jumlahnya.
Tapi, banyak yang tetap mau coba. Cameron Buchanan, pendiri IDTA, bilang peningkatan volatilitas pasar jadi alasan banyak orang cari layanan ini.
Banyak juga yang tergiur jadi full-time trader, yang sekarang bisa bikin kebebasan finansial dan kerja dari mana saja.
"Orang bilang hidup stres," kata Lowry tentang kliennya. "Setelah retreat, mereka bilang ‘Aku mau serius trading sekarang’."
Dr. Reid Daitzman, psikolog di Connecticut, bilang permintaan konsultasi trader naik 50% tahun lalu. Banyak kliennya sudah rugi besar atau cuma bosan.
"Banyak orang trading karena punya banyak waktu luang dan gak ada kerjaan," katanya. Beberapa kliennya adalah mantan pecandu yang mulai trading setelah berhenti narkoba.
Menaker, yang dulunya kerja di Wall Street, percaya kunci sukses trader adalah paham diri sendiri. Alat dan kursus bisa membantu, tapi yang paling penting adalah mengerti respons saat di bawah tekanan.
"Orang gak akan dapet apa yang mereka butuh—yaitu, ‘Bagaimana aku bereaksi saat tekanan dan gimana aku bisa berubah buat kepentingan terbaikku?’ Itu yang harus lebih ditekankan di kursus," katanya.
Baca artikel asli di Business Insider.