Wall Street memperhatikan pasar obligasi dengan cermat setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang melonjak minggu lalu. Investor menilai ulang prospek fiskal AS karena rencana undang-undang pajak yang diusulkan Presiden Trump.
Imbal hasil obligasi 30 tahun (^TYX) sempat mencapai 5,15% minggu lalu, hampir menyamai level tertinggi sejak 2007. Meski sempat turun sedikit di awal perdagangan Selasa, kecemasan investor tetap tinggi.
Defisit yang membesar memang sudah lama jadi masalah, tapi kekhawatiran saat ini gabungan ancaman baru dan lama, seperti ketidakpastian politik, inflasi yang bandel, dan risiko fiskal. Fokus utamanya adalah RUU pajak Trump yang baru disetujui DPR dan akan dibahas Senat.
Eric Winograd, ahli ekonomi di AllianceBernstein, bilang, “Kami khawatir soal imbal hasil 10 dan 30 tahun terkait kondisi fiskal, jadi lebih sulit diprediksi.”
Biasanya, imbal hasil obligasi mengikuti siklus bisnis dan kebijakan Fed. Tapi RUU ini diperkirakan tambahkan utang nasional $4 triliun dalam 10 tahun, jadi risiko fiskal jadi pendorong utama suku bunga jangka panjang.
RUU ini usulkan pemotongan pajak untuk perusahaan dan perorangan, tapi tidak ada pemotongan pengeluaran yang signifikan. Ini bikin investor makin khawatir soal kondisi fiskal AS yang sudah rapuh.
Winograd menambahkan, “Tak ada tanda-tanda pengendalian fiskal. Malah, situasinya makin memburuk. Kami perkirakan kurva imbal hasil akan lebih curam, dan imbal hasil jangka panjang tetap tinggi.”