Harga Minyak Turun Pasar Merespons Keputusan Pasokan OPEC+

Harga Minyak Turun ke Level Terendah dalam Seminggu

Harga minyak turun ke level terendah dalam seminggu pada Senin karena pasar mencerna keputusan OPEC+ untuk menaikkan produksi lagi di September.

Perusahaan Minyak AS Kuasai Pasar

  • Perusahaan minyak AS, ExxonMobil dan Chevron, semakin unggul dibandingkan pesaing Eropa. Kedua perusahaan ini melaporkan produksi tertinggi mereka di Q2 2025, masing-masing 4,63 juta barel/hari dan 3,4 juta barel/hari.
  • Sebaliknya, produksi Shell turun 4,2% jadi 2,65 juta barel/hari, sementara BP turun 3,3% jadi 2,3 juta barel/hari. Hanya TotalEnergies dari Prancis yang produksinya naik di antara perusahaan besar Eropa.
  • ExxonMobil berhasil menahan tekanan dari investor seperti Elliott, sementara mereka sendiri mendesak BP untuk jual aset senilai $20 miliar dan kurangi utang.
  • Saudi Aramco lebih buruk lagi, sahamnya turun 14% sejak awal tahun karena dividen yang lebih rendah dan utang yang meningkat.

    Pergerakan Pasar

  • Saudi Aramco (TADAWUL:2222) laba bersih Q2 turun 22% jadi $22,7 miliar, harga minyak rata-rata turun jadi $66,7/barel dari $76,3/barel di Q1.
  • MPLX (NYSE:MPLX) setuju beli Northwind Midstream seharga $2,38 miliar untuk perluas bisnis gas di Permian Basin.
  • Reliance Industries (NSE:RELIANCE) kerja sama dengan BP dan ONGC untuk eksplorasi minyak di lepas pantai India.
  • ExxonMobil (NYSE:XOM) tandatangani MoU dengan NOC Libya untuk studi geologi di empat blok lepas pantai.

    Selasa, 5 Agustus 2025
    Hubungan perdagangan AS-India jadi sorotan minggu ini setelah India sebut ancaman Trump "tidak adil." Reaksi ini mengurangi kekhawatiran soal dampak pasokan minyak Rusia pada 8 Agustus.

    OPEC+ Hapus Semua Pemotongan Sukarela
    OPEC+ setuju naikkan produksi September sebanyak 547.000 barel/hari, membatalkan pemotongan 2,2 juta barel/hari karena permintaan musim panas tinggi dan stok minyak global rendah.

    Temuan Besar BP di Brasil
    BP (NYSE:BP) temukan ladang minyak dan gas raksasa di Brasil, bisa jadi penemuan terbesar mereka dalam 25 tahun.

    Chevron Kembali ke Venezuela
    Chevron (NYSE:CVX) harap ekspor minyak ke Venezuela lanjut di Agustus setelah dapat izin dari Departemen Keuangan AS, meski produksi baru capai 250.000 barel/hari perlahan.

    Serangan Drone Ukraina ke Kilang Rusia
    Serangan drone Ukraina ke kilang Novokuibyshevsk dan Ryazan milik Rosneft hentikan operasi kilang pertama karena kerusakan parah.

    Panama Batasi Tanker Tua
    Panama berhenti terima tanker minyak berusia lebih dari 15 tahun di registri maritimnya untuk tingkatkan transparansi.

    Azerbaijan Hadapi Masalah Minyak Terkontaminasi
    Pelabuhan Ceyhan Turki hentikan ekspor minyak Azeri karena kontaminasi klorin di pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan.

    Trinidad dan Exxon Tandatangani Kesepakatan Besar
    Trinidad dan Tobago setuju berikan tujuh blok lepas pantai ke ExxonMobil (NYSE:XOM), dekat dengan blok Stabroek di Guyana.

    Impor Batu Bara Asia Naik Karena Gelombang Panas
    Impor batu bara Asia naik 12% di Juli jadi 70,7 juta ton karena negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan butuh pasokan lebih.

    Meksiko Ingin Kurangi Dukungan ke Pemex
    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum ingin kurangi dukungan pemerintah ke Pemex mulai 2027, targetkan utang perusahaan turun jadi $77 miliar pada 2030.

    Produksi Tembaga China Meningkat Drastis
    Produksi tembaga China diperkirakan capai rekor pada 2025, dengan pertumbuhan suplai 10% meski permintaan domestik hanya naik 4%.

    Harga Listrik Jepang Melonjak
    Harga listrik di Jepang capai rekor ¥16,9 per kWh ($0,11/kWh) karena gelombang panas dan gangguan impor energi.

    Nigeria Tingkatkan Produksi Minyak Setelah Perangi Pencurian
    Produksi minyak Nigeria capai 1,8 juta barel/hari di Juli untuk pertama kalinya sejak April 2020 setelah operasi pemberantasan pencurian minyak.

    Oleh Tom Kool untuk Oilprice.com

    Baca artikel ini di OilPrice.com

MEMBACA  Diamondback Energy Setuju Membeli Endeavor dalam Transaksi Minyak AS senilai $26 miliar