NEW YORK (AP) — “Dupes” fashion, atau versi lebih murah dari pakaian dan aksesoris mahal, sekarang ada di mana-mana. Hal ini juga membawa beberapa bisnis ke pertarungan hukum.
Contoh terbaru, Lululemon menggugat Costco pada Jumat lalu, menuduh pengecer itu menjual tiruan lebih murah dari pakaian athleisure populer merek mereka.
Di industri ritel, ini bukan fenomena baru. Tapi media sosial mendorong budaya belanja “dupes” ke level baru saat influencer mengarahkan pengikutnya ke tempat beli barang tiruan. Mau mencoba sandal fuzzy Hermès $1.000? Target punya versi $15. Cari tas hobo Bottega Veneta $2.800? Ada versi $99 di Quince, toko online yang jadi favorit fashionista.
Ini bukan pertama kali Lululemon menghadapi apa yang mereka sebut tiruan pakaian mereka, seperti legging dan jaket sport yang harganya bisa lebih dari $100. Dalam keluhan mereka, Lululemon menyebut beberapa perusahaan telah “meniru” desain mereka untuk dijual lebih murah — termasuk yang populer di media sosial dengan tagar seperti #LululemonDupes di TikTok.
Dupes Bukan Hal Baru
Sudah bertahun-tahun, perusahaan menawarkan pilihan lebih murah sebagai alternatif merek mahal — sering lewat merek generik. Berbeda dengan barang palsu yang pakai logo merek asli, “dupes” yang hanya mirip fitur tertentu biasanya legal. Mereka bahkan bisa memperkenalkan barang aslinya.
Tapi demam dupes, terutama di fashion, menunjukkan banyak pembeli ingin gaya mewah tapi tak mau bayar (atau peduli) dengan barang asli.
Contohnya, akhir tahun lalu, Walmart ramai diperbincangkan saat menjual tas kulit mirip tas Birkin Hermès. Harganya $78 — jauh lebih murah dari aslinya yang bisa jutaan dollar. Influencer menyebutnya “wirkin.” Beberapa supplier lain seperti BESTSPR dan Judy juga jual tas serupa di situs Walmart.
Meski populer di pembeli, tiruan semacam ini bisa bikin kesal perusahaan target. Setelah “wirkin” viral, Axel Dumas, direktur Hermès, mengungkapkan kekesalannya.
“Membuat tiruan seperti ini sangat tidak menyenangkan,” kata Dumas dalam rapat perusahaan Februari lalu. Tapi dia akui, “cukup menyentuh” melihat banyak konsumen ingin tas bergaya Birkin — dan perbedaan kualitas masih jelas.
Dupes dan Masalah Hukum
Alexandra Roberts, profesor hukum, bilang istilah “dupe” sendiri tak jelas soal legalitas. Tapi dupes bisa masuk area abu-abu, seperti pelanggaran hak cipta atau merek dagang, terutama jika pemasar dupes membuat klaim palsu.
“Di fashion, pertanyaannya rumit,” jelas Roberts. Termasuk hak kekayaan intelektual apa yang berlaku dan apakah ada pelanggaran atau sekadar alternatif lebih murah.
Seringkali sengketa ini berkutat pada kebingungan konsumen atau desain produk yang dipatenkan. Beberapa perusahaan sudah uji kasus ini, tapi tak selalu menang.
Contohnya Desember lalu, Benefit kalah gugatan melawan E.l.f. soal maskara $6 yang mirip produk Benefit $29. Keputusan hakim disebut “kemenangan besar” oleh CEO E.l.f.
Lululemon Vs Costco
Lululemon dalam gugatannya bilang Costco “memperdagangkan” reputasi mereka secara tidak sah. Mereka menggugat sebagai bagian dari penegakan hak kekayaan intelektual melawan pengecer yang “meniru alih-alih bersaing.”
Lululemon menuduh Costco buat tiruan beberapa produk mereka, seperti hoodie Scuba dan celana ABC. Salah satu tiruan yang dijual Costco adalah “Hi-Tec Men’s Scuba Full Zip” seharga $19.97.
Roberts ragu dengan beberapa klaim Lululemon, terutama soal paten desain. Dia menyebut klaim Lululemon soal bentuk segitiga di area selangkangan celana ABC terkesan “terlalu dibuat-buat.”
Tapi Roberts bilang Lululemon punya beberapa argumen yang masuk akal. Salah satunya, Costco dikenal menggunakan pabrik yang sama dengan merek ternama untuk produk Kirkland-nya, tanpa memberi tahu konsumen. Ini bisa menyebabkan kebingungan.
Costco belum memberikan komentar.
Lululemon pernah berkonflik dengan Peloton tahun 2021 karena masalah serupa. Dua tahun kemudian, mereka malah bekerja sama dalam kemitraan lima tahun.
___
AP Business Writer Michelle Chapman berkontribusi dalam laporan ini.