Generasi Z sering dapat cap buruk. Banyak orang mengeluh karena ChatGPT dan AI lain membuat anak sekolah dan karyawan muda terlalu bergantung pada teknologi untuk mengerjakan PR sampai menulis email.
Tapi Kiara Nirghin, seorang teknolog dari Stanford dan pengusaha Gen Z, melihat kenyamanan Gen Z dengan AI sebagai sebuah kelebihan. “Generasi muda tidak cuma pakai AI, kami tumbuh besar dengan fasih ber-AI,” katanya di konferensi Brainstorm AI Fortune di San Francisco.
Nirghin, yang ikut mendirikan lab riset AI di AS bernama Chima, menjelaskan bahwa pengusaha muda melihat coding sebagai sesuatu yang dikerjakan bersama agen AI, bukan dikerjakan sendirian dari nol.
AI “mengubah cara kamu menulis, cara kamu ujian, dan cara kamu melamar kerja—karena tidak semuanya dari awal. Kamu bisa melakukannya dengan berbagai model atau agen, bekerja bersama,” kata Nirghin. Kefasihan AI ini membedakan Gen Z dari generasi lebih tua, memungkinkan mereka menemukan cara-cara baru menggunakan AI.
Beberapa ahli bilang AI mengurangi kemampuan berpikir kritis kita. Sebuah studi tahun 2025 menemukan bahwa pengguna ChatGPT “kinerjanya lebih rendah dalam tingkat saraf, bahasa, dan perilaku.”
Tapi Nirghin tidak setuju. “Kesalahpahaman terbesar adalah bahwa anak muda pakai AI untuk tidak berpikir mendalam, [padahal] menurut saya Gen Z yang pintar justru pakai AI untuk berpikir lebih dalam lagi,” ujarnya.
Dia mencontohkan, dengan menjalankan laporan riset kompleks lewat AI, bisa didapatkan wawasan baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.
Bergerak Bersama Model AI
AI bukan hanya untuk anak muda. Nirghin menekankan teknologi ini bisa membantu pekerja di semua tingkat karier. “Kita masih di awal. Ke depannya, setiap model AI akan jadi lebih cepat, lebih canggih, dan lebih pintar,” kata Nirghin.
Dia membandingkan kecemasan akan AI dengan kecemasan iklim—keduanya berasal dari ketakutan manusia tidak bisa bergerak cepat untuk mengikuti perubahan.
“Dalam beberapa minggu terakhir, ada dua rilis model baru yang begitu hebat, sehingga hampir semua hal yang biasa kamu kerjakan dengan AI kini bisa jadi 10 kali lebih baik,” jelas Nirghin.
Agar tidak ketinggalan, pekerja bisa mengenal “model-model utama” seperti ChatGPT dan Gemini, dan belajar menggunakannya sebagai asisten dan alat sehari-hari. Dengan terus memakai model AI terbaru, kecemasan akan hilang karena kita jadi lebih terbiasa.
“Model AI sekarang adalah yang paling ‘bodoh’ yang akan pernah ada. Beberapa bulan lagi, keadaan akan sangat berbeda. Jadi, sangat penting untuk merasa nyaman dan punya alat inti yang kamu kuasai.”