Buka gratis newsletter "White House Watch"
Panduan kamu untuk memahami arti masa jabatan kedua Trump bagi Washington, bisnis, dan dunia.
Donald Trump mulai menyelidiki asisten Joe Biden karena dituduh menyembunyikan penurunan mental Biden. Presiden AS ini meningkatkan upayanya untuk balas dendam pada lawan politiknya.
Dalam perintah eksekutif yang dirilis Rabu, Trump bilang penasihat Gedung Putih akan menyelidiki "apakah beberapa orang bersekongkol menipu publik tentang kondisi mental Biden dan menggunakan kekuasaan presiden secara tidak konstitusional."
Penyelidikan ini muncul setelah buku terbit bulan lalu oleh wartawan Jake Tapper dan Alex Thompson yang mengungkap penurunan mental dan fisik Biden saat memulai kampanye pemilihannya yang gagal.
Trump, 78 tahun, fokus pada tuduhan bahwa staf Biden memaksanya menandatangani dokumen tanpa pengetahuannya pakai tanda tangan elektronik atau "autopen". Saat kampanye, Trump janji akan selidiki pendahulunya.
Perintah Rabu itu bilang, dalam beberapa bulan terakhir "semakin jelas bahwa mantan staf Biden menyalahgunakan tanda tangan presiden pakai autopen untuk menyembunyikan penurunan kognitif Biden."
Biden menanggapi perintah ini dengan bilang dia yang buat keputusan saat jadi presiden. "Semua tuduhan bahwa aku tidak melakukannya itu konyol dan salah."
Bulan lalu, mantan presiden ini kasih wawancara pertamanya sejak lengser untuk bela warisannya. Di satu wawancara, Biden yang 82 tahun klaim bisa kalahkan Trump jika tetap di pemilu meski survei jelek dan debatnya buruk.
Kemunculan Biden lagi dapat kritik dari Demokrat, bilang ini mengganggu upaya partai pulih dari kekalahan pemilu November dan mengingatkan orang pada penurunannya.
Rekomendasi
Biden kesulitan di acara ABC The View saat bilang klaim penurunan kognitifnya "salah" sebelum ngomong hal lain. Istrinya, Jill, turun tangan.
Rabu kemarin, Biden bilang penyelidikan Trump "hanya pengalihan dari Trump dan Republikan di Kongres yang mau dorong undang-undang buruk, seperti potong program penting (Medicaid) dan naikkan biaya untuk keluarga AS, demi beri pemotongan pajak buat orang super kaya dan korporasi besar."
Perintah ini bagian dari serangkaian aksi Gedung Putih Rabu malam, termasuk larangan warga 12 negara masuk AS.