Perusahaan minyak besar di Belahan Barat, Exxon Mobil dan Chevron, juga jadi produsen terbesar di Cekungan Permian yang sedang naik daun—tapi mereka janji bakal ambil jalan berbeda ke depannya.
Exxon, pemimpin produksi di Texas Barat, mau naikin volume produksi 50% dalam lima tahun dan terus tumbuh setelah 2030. Chevron pilih strategi “stabil” dan fokus ke arus kas bebas.
Kedua perusahaan laporkan pendapatan 1 Agustus, dua minggu setelah dipaksa jadi mitra gara-gara keputusan arbitrase yang menguntungkan Chevron. Ini bikin Chevron bisa tutup akuisisi Hess senilai $53 miliar, termasuk 30% saham di ladang minyak Exxon di Guyana—penemuan minyak terbesar abad ini.
Tapi, Permian tetap basis utama produksi minyak dan gas mereka. Permian nyumbang hampir setengah dari produksi minyak AS yang rekor 13,4 juta barel per hari. Exxon laporkan produksi 1,6 juta barel setara minyak per hari, sedangkan Chevron capai target 2025-nya yaitu 1 juta barel per hari di kuartal kedua.
Chevron mau jaga produksi Permian stabil. “Kami seneng punya portofolio shale besar, tapi sekarang fokus ke arus kas bebas, bukan pertumbuhan,” kata CEO Chevron Mike Wirth.
Exxon malah targetkan 2,3 juta barel per hari di Permian pada 2030. CEO Exxon Darren Woods bilang dia tak setuju dengan ide “puncak” produksi Permian. Exxon juga dapat keuntungan dari akuisisi Pioneer Natural Resources senilai $60 miliar tahun lalu.
“Kami main jangka panjang. Yang lain main jangka pendek,” kata Woods, sambil sebut keunggulan teknologi dan skala yang bikin biaya lebih efisien.
Woods bilang Exxon terbuka untuk akuisisi lagi, asal ada nilai tambah. “1 + 1 harus jadi 3,” katanya.
Pendapatan Exxon turun 23% jadi $7,1 miliar, sedangkan Chevron turun 43% jadi $2,5 miliar.
Keputusan yang ditunggu-tunggu
Di Guyana, panel arbitrase memutuskan 18 Juli bahwa akuisisi Hess oleh Chevron tidak langgar hak pertama Exxon, karena Chevron beli seluruh perusahaan, bukan hanya saham Guyana-nya.
Walau banyak yang prediksi Chevron menang, Woods bilang keputusannya “mengejutkan”.
“Kami yakin dengan posisi kami. Tapi tribun interpretasi beda. Kami kecewa tapi hormati keputusannya,” kata Woods.
Produksi Guyana diperkirakan capai 1,3 juta barel per hari pada 2030. Untuk Chevron, akuisisi ini bantu imbangi hasil eksplorasi global yang mengecewakan.
“Eksplorasi akan meningkat, tapi disiplin modal tetap prioritas,” kata Wirth.