Facebook, TikTok, hingga LinkedIn Menyensor Konten Aborsi, Termasuk yang Berisi Informasi Medis Murni

Klinik, grup advokasi, dan orang-orang yang membagikan konten tentang aborsi online bilang mereka lihat banyak informasi yang dihapus, walaupun sebenarnya tidak melanggar kebijakan platform.

Mereka, di Amerika Latin dan Amerika Serikat, protes karena merasa disensor meskipun di tempat di mana aborsi itu legal. Perusahaan seperti Meta bilang kebijakan mereka tidak berubah. Para ahli bilang penghapusan ini terjadi karena platform media sosial sekarang lebih pakai sistem AI untuk moderasi konten, bukannya manusia, sehingga sistemnya kurang paham konteks dan jadi terlalu ketat.

Para pendukung aborsi bilang, penghapusan ini bikin efek yang menakutkan, meski nanti kontennya dikembalikan. Proses untuk banding juga sangat sulit dan rumit.

Sudah beberapa bulan, kelompok hak digital Electronic Frontier Foundation mengumpulkan contoh dari pengguna media sosial yang konten tentang aborsi mereka dihapus atau akunnya diblokir.

Tujuannya adalah untuk memahami masalahnya lebih dalam, siapa yang kena dampak, dan konsekuensinya apa. Setelah itu, mereka ingin menuntut transparansi dan akuntabilitas dari platform agar berhenti mensensor informasi penting ini, kata Jennifer Pinsof, pengacara di EFF.

Organisasi itu menerima hampir 100 contoh penghapusan konten dari penyedia layanan aborsi, grup advokasi, dan individu di platform Meta seperti Instagram dan Facebook, juga TikTok dan bahkan LinkedIn.

Tidak jelas apakah penghapusan kontennya makin banyak atau orang jadi lebih sering posting tentang aborsi, terutama obat aborsi seperti mifepristone, sejak Mahkamah Agung AS membatalkan Roe v. Wade di tahun 2022.

Brenna Miller, kreator TikTok yang sering bahas aborsi dan bekerja di layanan kesehatan reproduksi, bikin video membuka paket pil aborsi dari nonprofit carafem. Dia jelaskan isi paketnya dan proses meminum pilnya di rumah.

MEMBACA  Restoran Salt Bae mematikan pemanas untuk mengurangi biaya meskipun untung $4,2 juta.

Dia posting video itu di Desember. Videonya ada selama seminggu sebelum akhirnya TikTok hapus dengan alasan melanggar standar komunitas.

“TikTok punya proses banding, yang saya coba lakukan. Tapi saya malah dikunci. Katanya saya tidak punya opsi untuk banding,” kata Miller. Dia lalu coba email TikTok berbulan-bulan untuk bisa berbicara dengan orang, bukan cuma pesan otomatis. Akhirnya, videonya dikembalikan pada Mei tanpa penjelasan.

“Orang-orang takut. Sangat penting untuk memberikan informasi medis yang akurat agar mereka tidak takut dan bisa mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan,” tambahnya.

TikTok umumnya tidak melarang berbagi informasi tentang aborsi atau obat aborsi, tapi mereka melarang jual-beli dan pemasaran obat, termasuk pil aborsi, serta misinformasi yang bisa membahayakan.

Di Facebook, Klinik Red River Women’s Clinic di Moorhead, Minnesota, posting bahwa mereka menawarkan aborsi bedah dan medis. Postingannya termasuk foto mifepristone. Saat klinik itu coba menjadikannya iklan, akunnya malah diblokir. Klinik itu banding dan menang, tapi akunnya diblokir lagi tak lama kemudian. Masalahnya akhirnya selesai setelah ada koneksi di Meta.

“Kami tidak jual obat. Kami hanya memberi tahu pengikut tentang layanan legal yang kami tawarkan. Sangat mencemaskan bahwa ini dianggap melanggar standar,” kata direktur klinik, Tammi Kromenaker.

Meta bilang kebijakan mereka tentang konten aborsi tidak berubah. Mereka memperbolehkan postingan dan iklan yang promosikan layanan kesehatan seperti aborsi, asal ikuti kebijakan, dan orang bisa banding jika tidak setuju.

Di akhir Januari, pusat penelitian RISE di Emory University posting di Instagram tentang mifepristone. Di Maret, akun mereka di-suspend. Bandingnya ditolak dan akunnya dihapus permanen. Keputusan ini akhirnya dibatalkan setelah mereka bisa hubungi seseorang di Meta. Ternyata, akunnya ditandai karena dianggap coba jual-beli obat terlarang.

MEMBACA  Film Minecraft Mendapatkan Penayangan Edisi 'Block Party' yang Dapat Dinyanyikan

“Saya khawatir karena dengan makin banyaknya penggunaan media sosial, misinformasi tentang kesehatan juga makin banyak. Tujuan kami adalah menyebarkan informasi yang akurat dan berbasis sains tentang perawatan kesehatan reproduksi, termasuk aborsi,” kata Sara Redd dari RISE.

Laura Edelson, profesor di Northeastern University, bilang yang penting adalah pengalaman orang dalam berbagi informasi dan informasi yang bisa mereka dapat dan lihat.

“Ini adalah kebijakan yang tidak dijalankan dengan baik. Itu tidak mengejutkan karena kita tahu Meta sudah sangat mengurangi pengeluaran untuk moderasi konten. Ada lebih sedikit orang yang mengurus model otomatis, jadi konten yang sedikit saja mendekati batas berisiko dihapus,” jelas Edelson.