Empati: Faktor Tersembunyi Terpenting di Era Transformasi Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan (AI) mengubah industri dengan sangat cepat. Banyak pemimpin setuju bahwa transformasi digital ini bukan cuma tentang teknologi—tapi juga tentang orang.

Anna Marrs, presiden grup di American Express, bilang bahwa empati adalah hal yang paling penting tapi sering dilupakan di era transformasi AI. Menjaga hubungan antar manusia adalah kunci untuk memanfaatkan perubahan teknologi yang besar. Dia bilang AI Anthropic’s Claude adalah salah satu alat AI yang paling berempati yang dia pakai: “Dia sangat baik sama saya.”

Penelitian terbaru menunjukan bahwa walau AI punya sedikit kemampuan untuk menunjukan empati, orang tetap lebih suka pesan penghiburan dari manusia lain. Tapi seiring AI terus berkembang, dia bisa jadi lebih berempati, menurut penelitian lain.

Paula Kerger, CEO PBS, bilang empati di antara pemimpin sangat penting di era AI, apalagi karena “banyak orang takut” sama teknologi ini. Menurut dia, bersikap empati terlihat seperti terus membangun kepercayaan dengan konsumen di era AI dengan menjelaskan bagaimana konten dibuat.

“Beberapa dari kita sangat senang dengan kemungkinan yang bisa dilakukan AI, tapi kamu tidak mikirin bagaimana publik akan berpikir tentang itu dan dampaknya pada nasihat yang terpercaya,” kata dia.

Iris Yen, pejabat di perusahaan Wella, bilang dia sadar akan ketakutan pekerja terhadap AI; dia hanya melakukan perubahan personil yang perlu di perusahaanya untuk menghindari terlalu banyak gangguan.

“Kamu tidak harus mengganti semua orang” untuk berhasil di era AI, kata dia. “Kamu tempatkan beberapa orang itu di posisi yang tepat, dan sebagai pemimpin, beri mereka kekuatan, hilangkan hambatan, buka komunikasi. Beberapa orang itu bisa bawa banyak dan buat banyak momentum.”

MEMBACA  Persidangan OJ Simpson Membawa Kita ke Era Internet Modern

Tiga ‘P’ Transformasi AI

Selain empati, Amy Feirn dari Deloitte U.S. menjelaskan tiga hal lain yang penting di era AI.

Dia sebut “tiga P”: tujuan (*purpose*), persiapan (*preparation*), dan penempatan (*positioning*). Menetapkan tujuan bisa berupa sasaran, seperti meningkatkan efektivitas operasional atau meningkatkan kekuatan pelanggan yang sudah ada.

Kedua, penting bagi organisasi untuk siap memperkenalkan AI di tempat kerja dan ke produk serta layanannya. Ini bisa berarti memastikan perusahaan punya infrastruktur cloud, kekuatan komputasi, dan keamanan data yang tepat.

Terakhir, CEO dan jajaran eksekutif lain harus paham bagaimana perusahaan akan menempatkan transformasi ini agar bisa mendefinisikan dan melacak return-on-investment (ROI) dari AI—tapi ROI bisa terlihat berbeda di setiap perusahaan.

“Sulit untuk hanya bilang apa ROI tepatnya untuk bagian teknologi agen ini,” kata Feirn. Itu sebabnya memecah perencanaan transformasi AI menjadi tiga P bisa membantu.