Ekspor China ke AS Anjlok di Tengah Persiapan Perundingan Dagang

Dapatkan info terbaru gratis

Daftar aja ke Chinese economy myFT Digest – dikirim langsung ke inbox-mu.

Ekspor China ke AS turun drastis bulan lalu, yang terparah sejak awal pandemi Covid-19. Ini menunjukkan betapa pentingnya pertemuan antara negosiator China dan AS di London hari Senin untuk bahas perdagangan.

Ekspor ke AS turun 34% dibanding tahun lalu dalam dollar AS, menurut hitungan Financial Times berdasarkan data resmi. Ini penurunan terbesar sejak Februari 2020 dan lebih tajam dari penurunan 21% di April.

Perdagangan jadi pendorong penting pertumbuhan China di tengah melambatnya sektor properti. Total ekspor naik 4,8% dibanding tahun lalu.

Data ini tunjukkan dampak trade tensions antara dua ekonomi terbesar dunia.

Pertemuan di London ini terjadi setelah telepon antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin China Xi Jinping minggu lalu. Kedua pihak setuju pada 12 Mei untuk gencatan senjata 90 hari, tapi masih rentan karena masalah lambatnya izin ekspor rare earth.

Dengan batasi ekspor rare earth (yang hampir dikuasai China), China tunjukkan kekuatan tawar dan paksa Trump kembali ke meja perundingan. Tapi data terbaru tunjukkan tarif AS berdampak buruk, kata analis.

"Data Mei mungkin masih terbebani periode tarif puncak," kata Lynn Song, ekonom China di ING. "Kami perkirakan ekspor ke AS bisa pulih dalam beberapa bulan ke depan."

Data terpisah hari Senin tunjukkan harga konsumen China di Mei turun bulan keempat berturut-turut, sementara harga produsen turun paling cepat dalam hampir dua tahun.

Indeks harga konsumen turun 0,1% dibanding tahun lalu, kata Badan Statistik Nasional. Harga produsen, yang mencerminkan biaya barang di pabrik, turun 3,3%, penurunan tercepat sejak Juli 2023.

MEMBACA  Uni Eropa Mengakui Hak Indonesia untuk Melarang Ekspor Bijih Nikel: Menteri

Ekonom Nomura bilang deflasi harga pabrik yang lebih dalam mungkin karena trade tensions, "karena produsen bersaing ketat dalam harga untuk pesanan ekspor."

Trade tensions tambah tekanan dari melambatnya properti sejak 2021. Tahun-tahun pertumbuhan harga lemah dan deflasi tingkatkan kekhawatiran atas kepercayaan konsumen serta desakan untuk lebih banyak stimulus dari Beijing.

Bank Sentral China bulan lalu umumkan pemotongan suku bunga kunci sebagai bagian dari pelonggaran kebijakan, termasuk turunkan suku bunga KPR untuk dukung sektor perumahan.

Zichun Huang, ekonom di Capital Economics, bilang data perdagangan tunjukkan tarif AS membebani ekspor secara keseluruhan.

"Tanda awal tunjukkan permintaan AS untuk barang China sedikit pulih sejak gencatan senjata di Geneva, yang harusnya kurangi tekanan pada ekspor dalam waktu dekat," katanya. "Tapi kecil kemungkinan tarif akan turun lagi, dan masih ada risiko tarif bisa naik."

Song dari ING bilang "sulit membayangkan kenaikan signifikan" pada CPI karena "sentimen konsumen domestik masih lemah dan tarif bisa beri tekanan deflasi lebih lanjut."