Ekonomi Rusia: ‘Krisis Fiskal’ Akan Menghantam Mesin Perang Putin

Ekonomi Rusia ternyata cukup tahan terhadap sanksi Barat yg dipicu invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina di tahun 2022.

Tapi saat Putin bersiap bertemu Presiden Donald Trump di Alaska hari Jumat utk bahas mengakhiri perang, ada lebih banyak tanda tekanan di ekonomi dan keuangan Rusia.

Di Juni, Menteri Ekonomi Maxim Reshetnikov memperingatkan bahwa Rusia hampir mengalami resesi. Bulan lalu, bank sentral turunkan suku bunga 200 basis poin buat dorong pertumbuhan yg lambat.

Keuangan pemerintah juga makin tertekan. Pendapatan minyak dan gas Rusia—sumber dana utama—turun 27% di Juli dibanding tahun lalu jadi 787.3 miliar rubel (sekitar $9.8 miliar).

Ini terjadi karena harga minyak turun dan Eropa terus beri sanksi ke Moskow serta batasi "armada bayangan" yg kirim minyak Rusia.

Meski pendapatan melemah, pengeluaran tetap tinggi karena perang di Ukraina. Biaya senjata, insentif relawan militer, dan kompensasi keluarga prajurit yg tewas tetap sangat besar.

Defisit makin melebar—mencapai $61.44 miliar (2.2% PDB) dalam 7 bulan pertama tahun ini, naik dari 1.7% di 6 bulan pertama.

Pengeluaran Jan-Juli naik 20.8% dibanding periode sama tahun lalu, sedangkan pendapatan cuma naik 2.8%.

Ekonom Anders Åslund bilang situasi ini cukup parah sampai Rusia mungkin kehabisan cadangan keuangan dan harus potong anggaran publik.

Dana Kekayaan Nasional Rusia sudah menyusut dari $135 miliar (Jan 2022) jadi $35 miliar (Mei lalu). Åslund prediksi dana ini akan habis di paruh kedua tahun ini.

"Ekonomi Rusia hampir mengalami krisis fiskal yg bisa ganggu perang mereka," katanya. "Mungkin ini tak cukup buat paksa Putin cari perdamaian, tapi tekanan makin besar."

Saat ini, Rusia hindari sanksi lebih keras dari AS karena Trump batal terapkan sanksi sekunder ke pembeli minyak Rusia. Dia lebih pilih lanjutkan negosiasi gencatan senjata di Alaska.

MEMBACA  Saham Spotify Melonjak Saat Lebih Banyak Pengguna Berdatangan ke Layanan Streaming Musik

Putaran negosiasi April lalu gagal karena proposal utusan Trump—cabut sanksi AS, Ukraina harus netral, dan akui wilayah yg direbut Rusia—ditolak Ukraina & Eropa.

Trump bilang kali ini perlu ada pertukaran wilayah buat capai kesepakatan. "Banyak korban di kedua pihak… akan ada pertukaran wilayah yg menguntungkan kedua sisi."

Perkenalkan Fortune Global 500 2025, daftar perusahaan terbesar di dunia. Jelajahi daftar tahun ini.