Dua anggota militer AS dan satu warga sipil Amerika tewas serta tiga orang lainya luka-luka dalam sebuah penyergapan pada hari Sabtu oleh seorang anggota kelompok Negara Islam di pusat Suriah, kata Komando Pusat militer AS.
Serangan terhadap pasukan AS di Suriah ini adalah yang pertama menyebabkan korban jiwa sejak jatuhnya Presiden Bashar Assad satu tahun lalu.
Komando Pusat mengatakan dalam postingan di X bahwa sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga dan sesuai kebijakan Departemen Pertahanan, identitas anggota militer itu akan dirahasiakan sampai 24 jam setelah keluarga terdekat mereka diberitahu.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memposting di X: “Ketahuilah, jika kamu menargetkan orang Amerika — di mana pun di dunia — kamu akan menghabiskan sisa hidupmu yang singkat dan cemas dengan tahu bahwa Amerika Serikat akan memburumu, menemukanmu, dan membunuhmu tanpa ampun.”
Penembakan terjadi dekat Palmyra yang bersejarah, menurut kantor berita SANA milik negara, yang sebelumnya mengatakan dua anggota pasukan keamanan Suriah dan beberapa anggota militer AS terluka. Korban-korban dibawa dengan helikopter ke pangkalan al-Tanf dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.
SANA mengatakan penyerangnya tewas, tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan penyerang adalah anggota pasukan keamanan Suriah.
AS memiliki ratusan pasukan yang ditempatkan di Suriah timur sebagai bagian dari koalisi yang memerangi kelompok Negara Islam.
Bulan lalu, Suriah bergabung dengan koalisi internasional yang melawan IS saat Damaskus meningkatkan hubungannya dengan negara-negara Barat setelah penggulingan Assad ketika pemberontak merebut pusat kekuasaannya di Damaskus.
AS tidak punya hubungan diplomatik dengan Suriah di bawah Assad, tapi hubungan membaik sejak jatuhnya kekuasaan keluarga Assad selama lima dekade. Presiden sementara, Ahmad al-Sharaa, melakukan kunjungan bersejarah ke Washington bulan lalu di mana ia mengadakan pembicaraan dengan Presiden Donald Trump.
IS dikalahkan di medan perang di Suriah pada 2019 tapi sel-sel tidur kelompok ini masih melakukan serangan mematikan di negara tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan kelompok itu masih memiliki antara 5.000 hingga 7.000 pejuang di Suriah dan Irak.
Pasukan AS, yang mempertahankan kehadiran di berbagai bagian Suriah — termasuk pangkalan Al-Tanf di provinsi Homs pusat — untuk melatih pasukan lain sebagai bagian dari kampanye luas melawan IS, pernah menjadi target sebelumnya. Salah satu serangan paling mematikan terjadi pada 2019 di kota utara Manbij ketika ledakan menewaskan dua anggota militer AS dan dua warga sipil Amerika serta orang lain dari Suriah saat sedang melakukan patroli.