Produsen jagung AS khawatir dengan usaha Presiden Donald Trump untuk mengganti produk Coca-Cola dari sirup jagung ke gula tebu. Mereka bilang perubahan ini bakal bikin masalah besar buat industri pertanian.
Trump pada Rabu mengumumkan usahanya mendorong Coca-Cola pakai gula tebu untuk produk buatan AS, bukan sirup jagung yang murah dan banyak dipakai sekarang.
“Aku udah bicara sama @CocaCola buat pakai GULA TEBU ASLI di Coke Amerika, dan mereka setuju,” tulis Trump di media sosial. “Makasih buat semua pemimpin Coca-Cola. Ini langkah bagus—nanti lihat hasilnya. Lebih enak!”
Coca-Cola bilang mereka akan kasih “detail lebih lanjut tentang inovasi baru” tapi belum konfirmasi ganti ke gula tebu. Mereka juga bela pemakaian sirup jagung tinggi fruktosa, yang katanya “punya kalori sama kayak gula biasa dan dicerna tubuh dengan cara mirip.” Coca-Cola nggak mau kasih komentar lebih.
Tapi rencana ganti pemanis ini bikin pemimpin industri jagung, seperti Corn Refiners Association, kesel. Mereka takut perubahan ini bakal rugikan petani jagung, tanaman terbesar di AS.
“Ganti sirup jagung dengan gula tebu nggak masuk akal. Presiden Trump kan dukung lapangan kerja, petani Amerika, dan kurangi defisit perdagangan,” kata CEO Corn Refiners Association John Bode dalam pernyataan. “Ini cuma bakal bikin ribuan orang kehilangan kerja, pendapatan petani turun, dan impor gula naik—tanpa ada manfaat sehatnya.”
Tarif Trump bikin masalah
Perubahan permintaan sirup jagung, seperti yang dipake di Coke, bakal tingkatkan permintaan gula tebu dari Louisiana, Florida, juga Amerika Tengah dan Selatan—di mana pemanis ini kena tarif tinggi. Ini bisa paksa petani jagung di Iowa dan Illinois cari pasar lain, kata Brandon McFadden, profesor ekonomi kebijakan pangan di Universitas Arkansas.
Solusi paling jelas buat petani jagung adalah ekspor. Tapi walau ekspor jagung AS capai rekor tahun ini, kebijakan perdagangan Trump dengan China hambat ekspor jagung AS ke sana—padahal China pasar utama.
“Ekspor udah bagus, tapi bakal lebih bagus kalo masih bisa kirim banyak ke China,” kata McFadden.
Tapi beberapa ahli bilang efek jangka pendek ini dibesar-besarin. Produksi sirup jagung di AS cuma 410 juta bushel dari total 15,5 miliar bushel jagung—kurang dari 3% industri. Scott Irvin dari Universitas Illinois bilang, kalo Coca-Cola beneran ganti ke gula tebu, dampaknya kecil buat industri jagung secara keseluruhan.
“Buat Coca-Cola berhenti total pakai sirup jagung cuma bakal bikin fluktuasi kecil di pasar jagung,” katanya ke Fortune.
Gerakan ‘MAHA’ bikin khawatir
Tapi dorongan Trump ke gula tebu tetep bisa berdampak besar buat industri jagung, kata Irwin. Perubahan ini bakal pengaruhi perusahaan besar seperti Archer-Daniels-Midland yang produksi sirup jagung. Saham perusahaan ini turun 6% setelah pengumuman Trump, tapi kemudian balik lagi.
Dampak terbesarnya justru simbolis: pengaruh gerakan “Make America Healthy Again” (MAHA) yang digaungkan Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr. Kennedy sering serang makanan ultraproses, termasuk sirup jagung, meski beberapa ahli nutrisi bilang sirup jagung dan gula tebu sama aja secara kimia.
“Ini tipe gerakan MAHA yang ditakuti industri pertanian AS,” kata Irwin. “Ada Program gula yang membatasi impor gula, akhirnya membuat sirup jagung tetap jadi yang teratas.
Makanya, menurut Irwin, cara paling efektif untuk hapus sirup jagung fruktosa tinggi adalah dengan melemahkan industri itu dengan menata ulang kebijakan gula di AS.
“Jawaban ekonom adalah: Mari kita seimbangkan lapangan permainan dengan hilangkan pendekatan harga tinggi dari gula produksi lokal,” katanya.
Tidak cuma lobi gula mungkin terlalu kuat untuk digoyahkan—tapi karena pemerintahan Trump bergantung pada dukungan besar petani AS—ia mendukung kebijakan yang sering ramah ke pertanian AS. Ketika kelompok dagang jagung protes ancaman ke sirup jagung fruktosa tinggi, itu bikin Trump terjebak dalam situasi sulit.
“Ini cuma akan jadi usaha untuk menjaga keseimbangan selama pemerintahan ini,” kata Irwin.