Dividen dari Olivier Le Moal lewat iStock
Ketegangan geopolitik global agak berkurang setelah gencatan senjata rapuh antara Iran dan Israel. Pasar global sedikit lega, tapi beberapa saham pertahanan turun, ya wajar aja.
Tapi, menurut gue, ketegangan geopolitik global sekarang jadi cerita struktural, apalagi AS terus awasi Rusia dan China. Dengan ekspektasi ini, saham Lockheed Martin (LMT) keliatannya bagus buat dibeli. Saham ini bisa dapat untung dari naiknya belanja pertahanan global, harganya masih masuk akal, dan dividennya udah naik hampir 3% setelah harganya turun. Yuk kita bahas lebih detail.
www.barchart.com
Belanja pertahanan global diprediksi bakal naik signifikan dalam 10 tahun ke depan. Anggota NATO (kecuali Spanyol) berkomitmen investasi 5% dari GDP mereka buat pertahanan. Meski 9 anggota NATO belum capai target 2% yang ditetapkan aliansi tahun 2014, mungkin sekarang lebih urgent karena ancaman dari Rusia meningkat.
Target 5% mungkin masih belum tercapai, tapi kita bisa yakin kalau belanja pertahanan NATO bakal jauh lebih tinggi dalam 10 tahun ke depan. Masih awal buat ngomong berapa banyak yang bakal masuk ke perusahaan AS, tapi ini peluang buat perusahaan kayak Lockheed Martin. Sekutu AS di Timur Tengah juga naikin belanja pertahanan.
Di tempat lain, India, salah satu importir senjata terbesar di dunia, mungkin juga naikin belanja pertahanan setelah bentrok dengan Pakistan. Belanja pertahanan India sebagai persentase GDP udah di bawah 2%, dan mereka mungkin perlu naikkan lagi karena ancaman dari China dan Pakistan. Biasanya, India beli peralatan pertahanan dari Rusia (dan sebelumnya Uni Soviet), tapi sekarang lebih ke supplier Barat. Meski belum banyak beli dari AS, Presiden Donald Trump mungkin bakal dorong India buat mengurangi surplus perdagangan.
Di AS sendiri, Lockheed Martin kalah dalam program Next Generation Air Dominance (NGAD) dari Angkatan Udara AS yang dimenangkan Boeing (BA), tapi perusahaan ini kuat di program pertahanan misil Golden Dome. Mereka juga siapin portofolio buat perang modern, dan bulan Februari kemarin mereka perkenalkan sistem buat lawan drone.
Cerita Lanjutan
Rasio book-to-bill Lockheed Martin di bawah 1 di Q1, artinya pesanan mereka lebih sedikit dari tagihan. Tapi, perusahaan punya backlog pesanan senilai $173 miliar, lebih dari dua kali pendapatan tahunannya.
Lockheed Martin diprediksi bakal tumbuh pendapatan sekitar 5% di 2025 dan 2026. Tapi, EPS mereka diperkirakan turun 4% tahun ini, sebagian karena biaya yang lebih tinggi. Perlu dicatat, 60% kontrak LMT itu fixed-price, jadi mereka gak bisa naikin harga ke pembeli. Tapi, laba mereka diperkirakan naik lebih dari 9% di 2026.
www.barchart.com
Saham Lockheed Martin diperdagangkan di forward P/E 16,8x, yang keliatan masuk akal. Meski ada tantangan, termasuk tarif, dan sentimen terhadap saham pertahanan lagi rendah, gue percaya ketegangan geopolitik bakal tetap tinggi, yang bakal dongkrak laba perusahaan pertahanan kayak Lockheed Martin.
Tapi, analis Wall Street punya pendapat beragam soal LMT—ada 11 rekomendasi "Strong Buy" dan 11 "Hold". Satu analis bahkan kasih rating "Strong Sell". Target harga rata-ratanya $525,50, lebih tinggi 12,5% dari harga sekarang.
Dividen Lockheed Martin 2,85%, lebih tinggi dari perusahaan pertahanan lain kayak RTX (RTX), General Dynamics (GD), dan Northrop Grumman (NOC). Di sisi lain, valuasinya lebih rendah dari perusahaan-perusahaan itu.
Saham LMT cocok buat investor yang mau manfaatkan kenaikan belanja pertahanan global sekaligus dapet dividen tinggi. Risiko dan imbal hasilnya cukup menarik—valuasinya mungkin gak bikin ngiler, tapi cukup buat masuk ke saham pertahanan ini.
www.barchart.com
Pada tanggal publikasi, Mohit Oberoi gak pegang (baik langsung maupun tidak langsung) saham yang disebut di artikel ini. Semua informasi dan data di artikel ini cuma buat tujuan informasi. Artikel ini awalnya terbit di Barchart.com.