Ekonom Wall Street Peringatkan Valuasi Saham AI Terlalu Tinggi
Seorang ekonom top Wall Street memperingatkan soal harga saham AI yang terlalu tinggi — dan membandingkannya dengan gelembung teknologi di akhir tahun 1990-an.
"Ya, AI akan lakukan hal-hal luar biasa bagi kita," kata Torsten Sløk, kepala ekonom di Apollo Global Management, dalam acara Opening Bid Yahoo Finance. "Tapi apa itu berarti saya harus beli saham teknologi dengan harga berapapun?" (Catatan: Yahoo Finance dimiliki Apollo Global Management.)
Menurut Sløk, jawabannya semakin jelas tidak. Dalam catatan riset ke klien minggu ini, dia tunjukkan data rasio harga terhadap laba (P/E) dari 10 perusahaan terbesar di S&P 500 — banyak di antaranya saham AI seperti Meta dan Nvidia — telah melebihi level P/E pada puncak gelembung dot-com tahun 1999.
Ini menunjukkan konsentrasi berbahaya eksposur investor hanya pada segelintir raksasa teknologi, kata Sløk.
"Hampir 40% S&P 500 terdiri dari 10 perusahaan terbesar," jelasnya. "Jadi kalau saya invest $100 di S&P 500, sepertinya saya punya eksposur ke 500 saham, tapi sebetulnya saya hanya bertaruh pada Nvidia dan cerita AI."
Sløk mencatat valuasi saham megacap tech dan indeks secara keseluruhan mungkin tidak bertahan lama. Kekhawatirannya mencerminkan kecemasan di Wall Street soal seberapa besar kenaikan pasar saham baru-baru ini didorong oleh euforia AI dan perdagangan momentum.
Analis BTIG juga memberi peringatan serupa, menyebut sentimen pasar "terlalu panas" dan memprediksi penurunan saham AI dalam waktu dekat.
Mereka fokus pada BUZZ NextGen AI Sentiment Index, indeks saham AI populer di kalangan investor ritel. Indeks ini naik 45% dalam 16 minggu terakhir dan diperdagangkan 29% di atas rata-rata 200 hari — level tertinggi sejak awal 2021, saat saham tech spekulatif memuncak.
"Bisa lebih parah seperti tahun 2020-2021? Tentu," tulis analis BTIG Jonathan Krinsky. "Tapi secara taktis, ini terasa agak ekstrem."
Krinsky juga memperingatkan bahwa saham utama dalam indeks, seperti Rocket Lab, Coinbase, dan Unity Software, menunjukkan pola grafik "vertikal" dan rentan terhadap koreksi jangka pendek.
Catatan itu menyarankan investor beralih ke sektor lebih defensif, seperti utilitas atau bahkan tech China yang sudah terkonsolidasi.
Secara keseluruhan, laporan Apollo dan BTIG menunjukkan perpecahan di pasar: antara optimisme jangka panjang potensi AI dan kekhawatiran jangka pendek soal valuasi yang terlalu tinggi dengan terlalu cepat.