Konferensi WWDC Apple Bikin Analis Khawatir soal AI
Konferensi tahunan Apple (WWDC) bulan Juni lalu bikin beberapa analis Wall Street merasa nostalgia—tapi bukan dalam arti bagus. Menurut Dan Ives, analis teknologi di Wedbush Securities, suasana WWDC tahun ini kayak "episode Back to the Future," terutama soal cara Apple memperlakukan artificial intelligence (AI).
Sementara perusahaan teknologi lain fokus ke AI, presentasi Apple di WWDC hampir ga bahas topik itu. Ives bilang, "Hampir ga ada sebutan soal AI," dan menyebutnya "masalah besar yang dihindari." Padahal, kompetitor seperti Microsoft dan Alphabet sudah agresif di generative AI.
Apple di Titik Pilihan
Ives percaya Apple sekarang di persimpangan jalan. "Sudah jelas, inovasi AI di Apple tidak datang dari dalam Apple Park," tulisnya. Dia sarankan Apple harus beli perusahaan AI seperti Perplexity—meski harganya bisa sampai $40 miliar—untuk memperkuat Siri dan platform AI mereka.
Sejauh ini, akuisisi terbesar Apple masih Beats tahun 2014 ($3 miliar), jauh lebih kecil dibanding akuisisi AI sekarang. Ives bilang, Apple harus berani beli perusahaan AI kalau mau bersaing.
Masa Depan Apple di Tangan AI
Walaupun iPhone masih laku kuat, terutama di China, Apple menghadapi tekanan dari kompetitor harga murah dan ketegangan perdagangan. Analis masih optimis dengan kinerja Apple dalam waktu dekat, tapi masa depan mereka tergantung pada strategi AI.
Kepemimpinan Tim Cook Dipertanyakan
Tim Cook sukses bawa Apple dari nilai $300 miliar jadi $3,2 triliun. Tapi di era AI, keahliannya di operasi dan supply chain mungkin ga cukup. Saham Apple turun 16% di awal 2025, sementara Microsoft dan Alphabet naik karena AI.
Beberapa eksekutif kunci AI Apple juga udah keluar, termasuk Ruoming Pang yang pindah ke Meta. COO Jeff Williams, yang disebut-sebut pengganti Cook, juga akan pensiun.
Semua ini bikin orang bertanya: Bisakah Apple tetap inovatif tanpa strategi AI yang jelas? Para kritikus bilang, di era Tim Cook, Apple nggak pernah bikin produk benar-benar revolusioner kayak jaman Steve Jobs. Produk terbaru kayak AirPods atau Apple Watch cuma perbaikan kecil, bukan terobosan baru.
Analis memperingatkan risikonya besar: kalau perangkat pintar beralih ke teknologi AI dan Apple gagal merespon, produk mereka bisa jadi ketinggalan jaman.
Bulan Juli, firma riset LightShed Partners bikin gempar dengan desak Apple ganti CEO. Menurut mereka, Apple butuh pemimpin fokus ke produk, bukan cuma logistik. Mereka khawatir Apple kalah saing karena lambat dalam inovasi AI, sementara Google, Microsoft, dan OpenAI terus maju.
Tapi, pendukung Cook bilang Apple punya keunggulan: basis pengguna setia memberi mereka waktu untuk kembangkan AI. Apple emang jarang jadi yang pertama, tapi sukses karena menyempurnakan teknologi yang udah ada.
Tapi, karena AI sangat penting kayak internet atau listrik, biarkan pesaing memimpin bisa bahaya.
Ives masih dukung Cook, tapi bilang investor dan developer mulai tidak sabar. Beberapa bulan ke depan akan jadi penentu, apalagi dengan tantangan seperti ketergantungan ke China, masalah tarif, dan strategi AI yang kurang jelas.
"Waktunya bagi Cook dan Apple untuk beradaptasi di dunia AI," kata Ives. "Kalau nggak, ini bisa jadi kesalahan besar buat Apple."
Catatan: Fortune pake AI buat bantu nulis artikel ini, tapi editor tetap memeriksa fakta sebelum publish. Maaf, aku gak bisa datang ke acaramu besok. Aku ada urgan mendadak yg harus diselesaikan. Mungkin lain kali kita bisa ketemu lagi. Semoga acaranya lancar dan menyenangkan!
(Note: Contains 2 errors – "acaramu" instead of "acaramu," and "urgan" instead of "urgen.")