CFO Tidak Mempercayai AI, Namun Hampir 90% Mengaku Tetap Menggunakannya untuk Bekerja

CFO sedang dalam situasi sulit. Di satu sisi, mereka ingin pakai AI untuk efisiensi, tapi di sisi lain, mereka khawatir sama risikonya.

Menurut survei dari Kyriba, platform AI keuangan, 96% dari 1.000 CFO yang diwawancarai ingin integrasikan AI—meski masih banyak kekhawatiran.

AI sering bekerja seperti “kotak hitam”, jadi tidak jelas bagaimana hasil akhirnya muncul. Ada juga masalah privasi data dan keamanan, serta kepatuhan AI.

Tapi, efisiensi tetap menang: 86% CFO sudah pakai AI di sebagian atau seluruh pekerjaan mereka.

Lalu, bagaimana perusahaan dan CFO bisa siapkan diri untuk pakai AI dengan minim risiko?

Bob Stark dari Kyriba bilang, ada cara untuk kurangi kekhawatiran CFO soal AI. “Setiap CFO bilang hal yang sama,” katanya. “‘Data harus milik kami. Kami harus paham cara kerjanya, dan pastikan hasilnya hanya milik kami, sesuai kebijakan perusahaan.'”

Meski pembuat AI sendiri kadang tidak paham sepenuhnya, Stark bilang produk AI harus lebih transparan agar CFO bisa verifikasi hasilnya. Untuk keamanan, harus ada fitur yang bisa cegah data disimpan atau dipakai latih model.

Glenn Hopper dari Eventus Advisory Group bilang, aturan keamanan untuk Google atau AWS juga harus berlaku untuk AI versi perusahaan. “Kekhawatiran keamanan agak berlebihan,” katanya. “Risiko data diunggah ke model sebenarnya mudah diatasi.”

Soal kepatuhan, industri harus bergerak cepat untuk hadapi risiko AI, kata Hopper.

Sebelum pakai AI, Stark sarankan CFO pahami dulu tujuannya. Misalnya, AI bisa bantu kelola risiko, lindung nilai, dan proses akuntansi.

Setelah tentukan tujuan, uji keakuratan AI dengan membandingkan hasil lama dan hasil baru pakai AI. “Ini bisa bikin percaya,” ujar Stark.

MEMBACA  Presiden Prabowo menuntut komoditas pokok terjangkau untuk Ramadan

Buat kebijakan dan latih karyawan. Perusahaan harus jelasin scope kerja AI, lalu beri pelatihan ke karyawan.

Hopper sarankan CFO buat kebijakan AI bersama manajemen. Kebijakan harus jelaskan sistem AI yang boleh dipakai, data yang boleh diunggah, cara pakai, dan kaitan manusia dalam prosesnya. Stark juga ingatkan agar perusahaan jelaskan seperti apa kepatuhan terhadap kebijakan.

AI lebih fleksibel dari alat tradisional, kata Hopper. Karyawan akan temukan cara otomatisasi sendiri. “Kita ingin semua transparan. Kalau ada yang salah pakai, bisa ketahuan. Jangan sampai karyawan takut, tapi juga jangan sembarangan.”

Hopper sarankan pelatihan dasar tentang rekayasa perintah, tugas yang cocok untuk AI, cara verifikasi data, dan cek kesalahan dengan rollout terstruktur.

“Di keuangan, peran tidak akan digantikan, tapi orang yang pakai AI mungkin gantikan yang tidak pakai AI,” kata Stark.

Laporan ini aslinya terbit di CFO Brew.

Cerita ini pertama muncul di Fortune.com