Jadi seorang drop out kuliah yang sukses itu seperti lencana kehormatan bagi banyak orang di dunia bisnis. Lagipula, beberapa pemimpin terkaya—Mark Zuckerberg, Bill Gates, dan Larry Ellison—tidak pernah menyelesaikan gelar mereka, dan mereka bangga akan hal itu.
Lauren Antonoff juga pernah memakai lencana itu. Setelah apartemennya terbakar saat dia menjadi mahasiswa di University of California, Berkeley, dan dia tidak menyelesaikan diplomanya, dia masih bisa masuk ke dunia teknologi. Dia menghabiskan hampir dua dekade di Microsoft dan kemudian menjadi eksekutif senior di GoDaddy. Setelah membangun karier tanpa gelar yang seharusnya dia miliki, Antonoff bangga karena membuktikan dia tidak memerlukanya.
Tapi setelah 25 tahun di industri itu, Antonoff merasa terbebani oleh apa yang dia sebut “urusan yang belum selesai”. Jadi di tahun 2022, selama jeda karier yang jarang terjadi, dia kembali ke ruang kuliah UC Berkeley—kali ini sebagai teman sekelas berusia 52 tahun di antara mahasiswa yang usianya setengah darinya. Jadwal Antonoff penuh dengan mata kuliah retorika, ilmu politik, dan bahkan bioteknologi.
Kembali ke bangku kuliah akhirnya tidak revolusioner untuk kariernya, akunya ke Fortune, tapi itu meningkatkan perspektifnya tentang adaptasi dan tetap fokus pada tujuan jangka panjang—bahkan ketika hidup berbelok tak terduga.
“Mungkin ada beberapa orang yang mendekati kuliah dengan pikiran, ‘Aku akan mengerjakan tugas dan melakukan apa yang diperintahkan,'” katanya ke Fortune. “Tapi mahasiswa yang benar-benar sukses, menurutku, adalah mereka yang menciptakan jalannya sendiri.”
Sekarang, sebagai CEO Life360—aplikasi lokasi keluarga yang bernilai lebih dari $5 miliar—dia melihat kemiripan yang jelas antara menjalani ruang kelas dan menjalani kursi pimpinan perusahaan.
“Banyak yang dilakukan CEO adalah melihat berbagai kemungkinan, mencari tahu pilihannya, dan memilih satu jalan,” tambahnya. “Dan memilih jalan dengan sadar bahwa kamu tidak bisa tahu masa depan, tahu bahwa kamu tidak akan tahu apakah kamu benar sampai nanti, dan menjadi orang yang menanggung tanggung jawab itu.”
Menjelajahi jalan sendiri terkadang bisa jadi sebuah keistimewaan dan butuh waktu, akui Antonoff. Tapi, langkah-langkah kecil bisa menciptakan momentum.
“Aku sangat percaya pada menemukan caramu sendiri di dunia ini,” kata Antonoff. “Itu bukan hanya tentang mendapatkan pekerjaan; jika kamu tidak punya pekerjaan, mulailah sesuatu. Jika tidak punya pekerjaan, jadilah sukarelawan di suatu tempat. Dari pengalamanku, menjadi aktif dan mengerjakan masalah yang kamu minati—satu hal akan mengarah ke hal lain.”
Rahasia untuk mencapai ‘tingkat kesuksesan tertinggi’
Sejak kecil, Antonoff pikir dia tahu persis ke mana arah kariernya: hukum hak asasi sipil. Di UC Berkeley, dia berencana belajar retorika dan ilmu politik lalu melanjutkan ke sekolah hukum.
Tapi setelah membeli MacBook pertamanya untuk menulis makalah, dia menemukan ketertarikan tak terduga pada teknologi—dan mulai bertanya-tanya. Keingintahuan itu membawanya ke grup pengguna Mac Berkeley, di mana dia sadar teknologi mungkin lebih dari sekadar hobi.
Nasihatnya untuk Gen Z mencerminkan perubahan arah awalnya itu.
“Lakukan apa yang kamu cintai,” katanya. “Menurutku sangat sulit mencapai tingkat kesuksesan tertinggi jika kamu tidak punya energi dan gairah. Ku pikir saat kamu bersemangat akan sesuatu, itu seperti memicu kreativitas dan wawasan yang memungkinkanmu merencanakan masa depan dan mengajak orang lain ikut bersamamu.”
Pada Desember 2022, Antonoff akhirnya berjalan di atas panggung wisuda dan menambahkan satu baris yang telah lama ditunggu di resume-nya: B.A., UC Berkeley. Pada Mei berikutnya, dia ditunjuk sebagai COO Life360—dan dalam dua tahun, menjadi CEO.