Saat Timothy Walsh pertama kali masuk ke kantor KPMG 33 tahun lalu, dia langsung dikasih banyak file pinjaman dan disuruh ke mesin fotokopi. Dia magang, dan minggu pertamanya dihabiskan untuk fotokopi di sebuah bank di New Jersey. Kerjaannya dulu sangat membosankan, sangat berbeda dengan kantor mewah yang dia pimpin sekarang.
"Lucu aja," kata Walsh. "Saya di mesin fotokopi seminggu penuh, buat bukti audit. Kalau lihat skill yang dibutuhkan sekarang, semuanya sudah berubah total."
Perubahan ini bukan cuma buat dia, tapi juga simbolis. Walsh, yang sekarang jadi CEO KPMG AS, mulai dari magang dan naik pangkat pelan-pelan. Kisahnya dari ruang fotokopi ke kursi direktur jadi contoh tentang kesempatan dan kesetiaan kerja, di mana banyak lulusan baru sekarang sering pindah-pindah kerja karena persaingan di pasar kerja yang susah.
Tapi, meski Walsh percaya nilai kerja level awal dan janji tetap terima anak muda, arti "staf junior" juga berubah cepat. Di divisi konsultan KPMG, karyawan baru dilatih untuk memimpin tim agen AI. Mereka tidak lagi mengerjakan tugas rutin seperti analisis data, tapi dikasih tugas strategis yang lebih tinggi.
Modernisasi ini juga terlihat di kantor barunya di Manhattan. Kantor baru ini punya ruang strategi, lounge dengan pemandangan kota, dan bahkan ruang khusus klien untuk merekam refleksi setelah proyek besar. Walsh berharap kantor baru ini bisa kasih kesempatan yang sama untuk generasi selanjutnya, seperti yang dia alami dulu.
"Saya percaya seseorang bisa mulai dari magang di sini, seperti saya, dan bangun karir panjang," katanya. "Itu masih mungkin, bahkan lebih mungkin sekarang, karena banyak cara untuk berkembang di satu perusahaan."
Gedung Baru yang Mewah
Gedung baru ini ada 12 lantai di Two Manhattan West. Pembukaan gedung ini terjadi di saat yang tepat untuk pekerja kantoran. Lima tahun setelah pandemi, perusahaan di Amerika masih berusaha membuat karyawan kembali ke kantor.
Sekitar 63% pekerja AS sekarang sudah full di kantor lagi. Tapi, aturan kembali ke kantor yang kaku biasanya bikin semangat kerja turun dan banyak yang keluar.
Walsh dan timnya bilang aturan di KPMG tidak memaksa. "Kami sudah punya aturan minimal, dan itu bekerja baik," katanya. "Saya lebih khawatir kantornya kelebihan kapasitas daripada karyawan yang tidak mau datang."
Perusahaan mengharapkan karyawannya datang sekitar tiga hari seminggu, tergantung divisinya. Staf audit dan penasihat sering di lokasi klien, sedangkan partner dan tim internal datang dengan jadwal yang berbeda-beda.
"Orang-orang pengen datang," kata Vanessa Scaglione, kepala Layanan Real Estat. "Mereka mau dilihat, didengar, dan dihargai."
Lahan Lebih Kecil, Pernyataan Lebih Besar
Kedua belas lantai itu dibagi jadi empat "lingkungan" dengan tema New York, dihubungkan oleh tangga besar. Ada kafe dengan pemandangan kota, lounge karyawan yang didesain seperti ruang tamu, dan teras terbuka untuk rapat dadakan. Sistem tempat duduknya memakai aplikasi, dan permintaannya sudah sangat tinggi.
Yang paling spesial adalah Ignition, lab untuk berpikir kreatif yang juga jadi teater klien. Di sana, para eksekutif bisa mensimulasikan berbagai skenario dengan layar sentuh raksasa.
"Orang bisa menyelesaikan lebih banyak hal dalam satu hari di sini daripada 30 hari di tempat lain," kata Brian Miske, kepala Ignition.
Tapi, Miske mengakui bahwa dia juga tidak di kantor lima hari seminggu. "Kami sering meeting dengan klien. Ini kantor tidak harus penuh setiap hari, tapi berguna saat diperlukan."
Pendekatan KPMG ini sedang diuji: apakah kantor yang dirancang dengan baik bisa bikin budaya perusahaan kuat, tanpa perlu memaksa karyawan.
Walsh bilang menara ini "mewakili semua yang ada di KPMG." Dia tahu tidak semua orang akan ada di kantor setiap hari, dan itu tidak apa-apa.
"Tempat terpenting untuk karyawan kami," ujarnya, "ada di samping klien kami."