Banyak profesional pikir mereka hebat sekali, tapi itu sebelum mereka tau apa yang bedain orang yang benar-benar luar biasa dengan yang biasa aja. Deepali Vyas, seorang perekrut eksekutif yang udah ngelakuin lebih dari 50.000 wawancara di perusahaan-perusahaan top, percaya kalau kebanyakan orang salah paham tentang posisi mereka sebenarnya di perusahaan – dan ancaman terbesar untuk kinerja organisasi bukanlah orang yang kamu duga.
Vyas, yang punya lebih dari 300.000 pengikut di TikTok, bikin video minggu ini yang jelasin gimana para pemimpin mengklasifikasikan bakat, dan ngungkapin kenapa beberapa profesional sukses sementara yang lain stuck. Framework-nya tergantung pada apa yang memotivasi setiap tingkat performer.
“Pemain-A cari tantangan, pemain-B cari pujian, dan pemain-C cari kenyamanan,” kata dia di video itu.
Percaya Diri vs. Terkalkulasi vs. Hati-Hati
Pemain-A, menurut Vyas, pengen tekanan. Mereka tertarik ke tujuan yang menantang, siklus feedback yang ambisius, dan kolega yang bikin mereka lebih tajam. Mereka tumbuh di lingkungan yang penuh tekanan.
Pemain-B, kebalikannya, termotivasi sama pengakuan dan validasi. Mereka kerja cukup kompeten untuk dapat pujian, tapi hati-hati banget hindari situasi yang bisa tunjukin kelemahan mereka.
Pemain-C, cuma pengen rasa aman dan gak diketahui. Mereka gak tertarik untuk naik jabatan, yang penting gak diperhatikan.
Menurut Vyas, bakat level-A punya kepercayaan diri, dan mereka cukup nyaman untuk bilang “Saya tidak tau.” Meski kedengerannya aneh, Vyas bilang ini artinya pemain-A cukup percaya diri sehingga gak perlu pura-pura tau dan kasih saran yang gak jelas.
Pemain-B beda. Mereka terkalkulasi, kompeten secara teknis, tapi pada dasarnya insecure. Vyas percaya ini kombinasi yang berbahaya karena mereka keliatan kredibel padahal diam-diam membatasi potensi tim mereka.
“Mereka perform cukup baik untuk dapat pengakuan, tapi menghindari apapun yang bisa tunjukin kelemahan,” katanya. “Mereka menghalangi bakat, memperlambat inovasi, dan nurunin standar untuk semua orang di sekitar mereka.”
Pemain-C, sementara itu, terlalu hati-hati sampe kayak lumpuh, kata Vyas. Mereka lebih milih bersembunyi daripada mengambil resiko untuk salah.
Tapi walau kamu mungkin baca deskripsi di atas dan pikir pemain-C itu yang “paling bawah” dan akan nurunin hasil kerja, Vyas punya pendapat lain — yang mungkin bikin kamu kaget.
“Pemain-C bukan masalah sebenarnya. Pemain-B-lah masalahnya,” katanya. “Pemain-B keliatan kompeten tapi diam-diam merusak kinerja, menghalangi pertumbuhan, dan ‘mencekik’ bakat level-A. Pemimpin-A menghindari mereka, pemain-A akan melampaui mereka, dan perusahaan pada akhirnya akan meninggalkan mereka.”
Untuk Vyas, kerugian sesungguhnya dari pemain-B gak langsung kelihatan. Mereka gak gagal secara spektakuler. Mereka cukup sukses untuk tetap bertahan di organisasi, sambil secara sistematis menaikkan penghalang untuk kinerja yang luar biasa.
Kamu bisa tonton TikTok lengkap Vyas tentang pemain A, B, dan C di bawah ini:
@elite.recruiter Framework Pemain A/B/C
Pemain A Mengejar Tekanan. Pemain B Mengejar Pujian. Pemain C Mengejar Kenyamanan.
Kebanyakan orang pikir mereka pemain A… sampai mereka dengar gimana pemain A sebenernya beroperasi.
Ini kebenaran yang gak akan dikatakan siapa-siapa di HR:
🔺 Pemain A cari tantangan. Mereka pengen tekanan, feedback, tujuan yang menantang, dan orang yang ningkatin mereka.
🔸 Pemain B cari pujian. Mereka merekrut orang yang lebih lemah, lindungi ego mereka, dan keliatan kompeten sambil diam-diam memperlambat seluruh tim.
🔻 Pemain C cari kenyamanan. Mereka hindari resiko, hindari konflik, hindari pertumbuhan — dan akhirnya tertinggal.
Setelah 25 tahun dan 50.000+ wawancara eksekutif, saya bisa kenali pemain B dalam hitungan detik… dan saya pasti bisa tau kapan saya harus menawarkan pemain A langsung ke klien saya.
corporatetruths #careeradvice #eliterecruiter #officepolitics #aplayer
♬ original sound – Elite Recruiter – Deepali Vyas